Bisnis.com, JAKARTA – surplus neraca perdagangan tahun 2022 sebesar US$54,46 miliar atau Rp816,9 triliun merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menyampaikan naik tersebut signifikan jika dibandingkan dengan capaian surplus sepanjang 2021 yang tercatat sebesar US$35,34 miliar.
“Secara tahunan, dari sejarah ekspor kita, surplus perdagangan pada 2022 merupakan yang paling tinggi,” kata Margo kepada Bisnis, Senin (16/1/2023).
Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan terus meningkat sejak tahun 2020. Saat itu, surplus kumulatif mencapai US$21,74 miliar.
Adapun pada tahun 2019 tercatat defisit sebesar US$3,29 miliar, sedangkan tahun 2018 juga tercatat defisit sebesar US$8,7 miliar. Pada taun 2017, Indonesia mencatat surplus neraca dagang US$11,83 miliar
Margo menyampaikan bahwa total nilai ekspor sepanjang Januari hingga Desember 2022 tercatat sebesar US$291,98 miliar.
Baca Juga
“Total ekspor pada periode Januari-Desember 2022 mencapai US$291,98 miliar, atau meningkat sebesar 26,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” katanya dalam konferensi pers, Senin (16/1/2023).
Margo menjelaskan, ekspor nonmigas secara kumulatif sepanjang 2022 tercatat sebesar US$275,96 triliun, meningkat sebesar 25,80 persen.
Sejalan dengan itu, ekspor migas juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 30,82 persen menjadi US$16,02 triliun.
Berdasarkan pangsanya, ekspor nonmigas terbesar yaitu pada bahan bakar mineral yang mencapai US$54,98 miliar atau dengan pangsa 19,92 persen, yang diikuti oleh lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$35,20 miliar dengan pangsa 12,76 persen.
Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2022 tercatat mencapai US$237,52 miliar, meningkat sebesar 21,07 persen dibandingkan periode 2021.
Margo merincikan, impor nonmigas sepanjang 2022 mencapai US$197,11 miliar, meningkat 15,50 persen, sedangkan impor migas mencapai US$40,42 miliar atau tumbuh 58,31 persen.
Impor nonmigas terbesar sepanjang 2022 tercatat pada komoditas mesin/peralatan mekanis dan bagiannya sebesar US$31,57 miliar dengan pangsa 16,02 persen dari total impor.
Kemudian, impor nonmigas terbesar kedua dicatatkan oleh komoditas mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya yang mencapai US$26,48 miliar atau dengan pangsa 13,43 persen dari total impor Indonesia.