Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Proyeksi Neraca Dagang RI 2023 Melandai, Ini Tantantangannya

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan neraca perdagangan Indonesia tahun ini tidak akan lebih besar dibandingkan 2022. Ini sebabnya:
Ekspor - freepik
Ekspor - freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan neraca perdagangan Indonesia tahun ini tidak akan lebih besar dibandingkan 2022. Pasalnya, mitra dagang tradisional Indonesia, seperti Amerika, China, dan Eropa diproyeksikan akan mengalami perlambatan ekonomi.

Ketua Kebijakan Publik Apindo Soetrisno Iwantono mengungkapkan, dengan kondisi konflik di Eropa, seperti perang Rusia-Ukraina, memberikan efek rambatan yang besar terhadap perekonomian benua biru dan tak terkecuali Indonesia. Hal tersebut, kata dia, terlihat dari nilai ekspor Indonesia yang merosot tajam, terutama ke Rusia dan Ukraina.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor nonmigas Indonesia merosot tajam ke Ukraina sebesar US$0,38 miliar pada Desember 2022. Lalu penurunan juga terjadi ke negara Eropa lainnya, seperti Georgia US$0,16 miliar dan Rusia US$0,10 miliar.

Meski demikian, dia berharap ekspor Indonesia akan tetap tumbuh.

“Ekspor ini menurut saya pada 2023 tidak terlalu bagus. Meski ada kenaikan, tidak besar. Itu tergantung sejauh mana China mengalami pemulihan,” ujar Soetrisno saat dihubungi, Senin (16/1/2023).

Dia juga memperkirakan kondisi sektor pariwisata mancanegara tidak akan lebih baik dibandingkan kondisi tahun lalu.

“Kemudian dengan suku bunga The Fed naik, maka tingkat permintaan di negara maju tersebut menurun karena uangnya ditarik. Dengan begitu, untuk turisme misalnya, ketika income-nya menurun karena suku bunga naik, cicilan tinggi, maka sektor belanja akan berkurang. Maka yang pertama dipotong adalah sektor pariwisata. Kita makanya jangan berharap banyak dengan wisatawan mancanegara,” jelas Soetrisno.

Untuk itu, dia meminta agar pemerintah tetap mengeluarkan kebijakan yang membuat kondusif sektor konsumsi masyarakat. Sebab, sektor inilah yang dominan dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Paling utama bagaimana memelihara daya beli masyarakat. Makanya kebijakan fiskal dan moneter diarahkan kesana,” imbuh Soetrisno.

Selain itu, menurutnya, prospek neraca dagang Indonesia ke depan tidak akan jauh berbeda karena kecenderungan neraca perdagangan Indonesia beberapa bulan terakhir tahun 2022 pun menurun. Menurut laporan BPS, ekspor Indonesia pada Desember 2022 mencapai US$23,83 miliar atau turun sebesar 1,10 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

“Kemudian dari segi ekspor tahun ini [2022] juga ada naik dan turun. Nonmigas tidak menunjukkan kenaikan. Ke depan seperti itu, kondisi ekspor seperti itu saja [tahun 2023],” katanya.

Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2022 membukukan surplus sebesar US$54,46 miliar. Nilai tersebut naik signifikan jika dibandingkan dengan capaian surplus sepanjang 2021 yang tercatat sebesar US$35,34 miliar.

Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2022 tercatat mencapai US$237,52 miliar, meningkat sebesar 21,07 persen dibandingkan periode 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper