Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR Soroti Data Produksi Beras: Surplus, Tapi Kok Impor?

DPR mempertanyakan data produksi beras nasional yang menunjukkan surplus. Namun, di sisi lain Indonesia masih melakukan impor beras.
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Komisi IV DPR RI mempertanyakan data produksi beras nasional yang menunjukkan surplus. Namun, pada kenyataannya pemerintah masih melakukan impor beras.

Berdasarkan data yang dipaparkan Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, pada 2015 beras nasional mengalami surplus sebanyak 14,64 juta ton. Angka tersebut kemudian meningkat di 2016 yakni 17,41 juta ton. Adapun pada 2015 dan 2016 pemerintah melakukan impor beras masing-masing sebanyak 861.601 ton dan 1.283.178 ton.

Kemudian, di 2017, beras tercatat surplus sebanyak 18,17 juta ton dan turun menjadi 4,37 juta ton pada 2018. Di 2017, pemerintah mengimpor 305.274 ton beras dan sebanyak 2.253.824 ton pada 2018.

Surplus terus berlanjut di tahun berikutnya. Di 2019, stok beras nasional tercatat mengalami surplus sebanyak 2,38 juta ton dan di 2020 sebanyak 2,13 juta ton.

“Ini lho, saya sangat miris sekali, 2019, 2020, tidak ada impor beras. Nyatanya masih ada 444.508 ton sama 300.000 ton lebih yang dikeluarkan oleh Kemendag dengan alasan beras khusus,” kata Sudin dalam rapat kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/1/2023).

Adapun, di 2021 dan 2022, pemerintah melakukan impor beras masing-masing 407.741 ton dan 501.700 ton.

“Surplus lagi pada 2021 1,31 juta ton, surplus lagi 2022 1,74 juta ton. Kalau surplus kok Anda harus impor?” tanya Sudin.

Sebagaimana diketahui, pemerintah menggelontorkan dana sebanyak Rp4,4 triliun untuk impor beras sebanyak 500.000 ton yang berasal dari Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Pakistan. 

Dari target 500.000 ton impor beras, Bulog melakukan pengadaan sebanyak 200.000 ton pada 2022. Adapun, sisanya sebanyak 300.000 ton didatangkan ke Indonesia pada 2023.

Sementara itu, harga beras masih mengalami kenaikan meski Indonesia telah dibanjiri beras impor. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan bahwa masih tingginya harga beras di pasaran disebabkan ketersediaan beras di pasaran masih terbatas.

Meski Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor beras sebanyak 500.000 ton kepada Perum Bulog untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) pada akhir 2022, Zulhas menyebut bahwa beras impor yang masuk baru 70.000 ton.

"Makanya jangan diprotes terus impor itu karena dasarnya barangnya kurang. Saat ini, baru sampai 70.000 ton. Kita kasih waktu sampai Januari. Berapa yang masuk terus habisin buat operasi pasar," ujar Zulhas kepada awak media di Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023).

Zulhas mengatakan, saat ini harga beras yang naik adalah jenis medium, sedangkan jenis premium harganya tetap stabil.

“Tapi ibu-ibu yang mau beras medium, harganya Rp9.450 per kilogram itu di mana pun ada, tapi yang premium tidak naik, juga tidak turun. Nanti Maret panen, insyaallah turun,” tutur Zulhas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper