Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin: Industri Padat Karya dan Modal Masih Lesu di 2023

Kelesuan permintaan masih membayangi industri padat karya dan padat modal Indonesia pada 2023.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Adi Mahfudz menyebutkan, hingga kini industri padat karya dan padat modal masih belum bisa dipastikan pertumbuhannya pada 2023. 

Hal ini lantaran inflasi yang menimpa negara adidaya Amerika Serikat serta sederet negara di Eropa yang masih terbayang-bayang kesulitan ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina yang belum kunjung usai.

“Perang Ukraina vs Rusia sangat memberi dampak, termasuk dalam hal ini  inflasi Amerika, terutama dengan negara tujuan ekspor Eropa maupun Amerika,” kata Adi, akhir pekan lalu.

Adi menyebut, sampai pulihnya kondisi ekonomi global, industri padat karya dan padat modal diperkirakan masih akan mengalami kelesuan permintaan. Sehingga belum diketahui kapan geliat industri ini akan terlihat.

“Sampai stabilnya kondisi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor tersebut,” tambah Adi.

Sebelumnya dalam industri furnitur, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyebutkan,  bayang-bayang perang Rusia-Ukraina yang mengacaukan situasi geopolitik ini menyebabkan, industri mebel diproyeksi akan mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun ini. 

Sementara, Amerika Serikat sendiri menyerap 51 persen produk furnitur yang diekspor oleh Indonesia. Dan Eropa menjadi pasar 40 persen produk ekspor furnitur. Sisanya, produk furnitur Indonesia diekspor ke negara-negara Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Australia.

Hal ini juga berdampak pada industri alas kaki, hingga menuai pemutusan hubungan kerja massal oleh beberapa produsen sepatu. 

PT Nikomas Gemilang contohnya, produsen alas kaki yang memiliki skala besar di Serang Banten ini baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sukarela bagi 1.600 karyawannya. Lantaran permintaan yang terus menurun.

Kemudian PT Panarub Industry, produsen sepatu olahraga Adidas sejak 1968 lalu ini juga, menurut pengakuan mantan karyawannya yang terdampak PHK, Panarub tengah memangkas karyawannya sejak beberapa bulan yang lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Widya Islamiati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper