Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Raksasa Kena Hantam Gelombang PHK, 3.200 Karyawan Terdampak

Pada pekan ini bank investasi raksasa asal Amerika Serikat, Goldman Sachs bersiap melakukan PHK kepada 3.200 karyawan.
Goldman Sachs./Bloomberg
Goldman Sachs./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Goldman Sachs Group Inc. bersiap melakukan PHK 3.200 karyawan pada minggu ini. Angka final PHK tersebut lebih rendah dibandingkan dengan  rencana awal manajemen, yakni 4.000 orang.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (9/1/2023), lebih dari sepertiga dari karyawan yang di PHK kemungkinan berasal dari unit perdagangan inti dan perbankan. 

Goldman tercatat terkahir melakukan PHK massal pada 2008 ketika Lehman Brothers runtuh. Kala itu perusahaan memangkas lebih dari 3.000 pekerjaan atau hampir 10 persen dari total tenaga kerja. Selain itu para karyawan yang tidak terkena PHK juga tidak mendapatkan bonus. 

Sementara itu, Goldman Sachs dalam waktu dekat akan melaporkan kinerja kartu kreditnya. Diperkirakan lini usaha tersebut menatat kerugian sebelum pajak lebih dari US$2 miliar.

Kendati demikian, Goldman masih memiliki rencana untuk melanjutkan perekrutan, termasuk melantik kelas analis reguler.

Adapun di bawah kepemimpinan Chief Executive Officer (CEO) David Solomon data menunjukkan jumlah karyawan telah melonjak 34 persen sejak akhir tahun 2018, naik menjadi lebih dari 49.000 pada 30 September 2022.

Skala pemecatan tahun ini merupakan bagian dari kebijakan perusahaan meninjau ulang bisnis yang melambat selama pandemi Covid-19.

Sebagaimana diketahui, perlambatan di berbagai sektor bisnis, ongkos mahal bisnis konsumer, dan prospek pasar dan ekonomi yang tidak pasti mendorong bank untuk menekan biaya.

Aktivitas merger dan biaya dari penggalangan dana untuk perusahaan pun telah terpukul di seluruh Wall Street. Selain itu juga terjadi kemerosotan harga aset yang telah menghilangkan sumber keuntungan besar lainnya bagi Goldman hanya dalam kurun waktu setahun.

Tren industri yang lebih luas tersebut telah diperparah oleh kesalahan bank dalam bisnis ritel, di mana kerugian menumpuk pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada perkiraan sepanjang tahun.

Hal itu membuat bank menghadapi penurunan laba 46 persen, dengan pendapatan sekitar US$48 miliar, menurut perkiraan analis. Namun, angka pendapatan itu telah didukung oleh divisi perdagangannya yang akan membukukan lonjakan lagi tahun ini, membantu angka perusahaan secara keseluruhan mencatat kinerja terbaik kedua.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper