Bisnis.com, JAKARTA – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat masih kuat pada bulan Desember 2022, sedangkan laju kenaikan upah melandai. Hal ini mengurangi risiko resesi jangka pendek dan memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk memperlambat kenaikan suku bunga.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (6/1/2022), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka Nonfarm payrolls (NFP) meningkat 223.000 pada bulan Desember, lebih rendah dari bulan November yang mencapai 256.000.
Penghasilan rata-rata per jam naik 0,3 persen dari bulan sebelumnya dan 4,6 persen dari Desember 2021 (year-on-year), lebih lambat dari bulan sebelumnya.
Median perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan NFP naik 203.000 sedangkan dan upah naik 0,4 persen dari bulan sebelumnya.
Perlambatan tersebut kemungkinan merupakan berita baik bagi para pejabat the Fed, yang melihat tekanan upah, terutama di sektor jasa, sebagai rintangan utama untuk mencapai target inflasi 2 persen.
Sementara itu, tingkat pengangguran turun 0,1 poin persentase menjadi 3,5 persen, level terendah dalam lima dekade terakhir.
Baca Juga
Kenaikan level tenaga kerja dipimpin oleh sektor perawatan kesehatan dan bantuan sosial, rekreasi dan perhotelan, dan konstruksi. Beberapa sektor sedikit berubah.
Data NFP ini menggarisbawahi kuatnya pasar tenaga kerja dan bagaimana ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja menjaga tekanan terhadap pendapatan. Meskipun demikian, kenaikan partisipasi kerja dan perlambatan pertumbuhan upah menunjukkan meredanya pengetatan pasar tenaga kerja.
Perlambatan pertumbuhan upah yang berkalanjutan dapat memberikan ruang bagi The Fed.
"Bukan berarti Fed menginginkan lebih sedikit lapangan kerja. Apa yang mereka inginkan adalah pertumbuhan upah yang lebih rendah, lebih karena mereka khawatir inflasi terus meningkat," ungkap mantan gubernur the Fed Randall Kroszner.
Kroszner mengatakan data NFP yang kuat hari ini meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan Februari dan Maret, bukan 50 bps seperti yang diprediksi sebelumnya.