2. Industri Kurang Inovasi
Ekonom senior Indef Faisal Basri menilai pertumbuhan sektor industri di Indonesia merosot tajam, bahkan hanya 18,3 persen. Menurut Faisal, ini salah satunya dipicu oleh kurangnya inovasi pada industri di Indonesia.
Padahal, lanjut dia, jika sektor industri melemah, maka kelas menengah juga ikut melemah. Akibatnya, yang bisa dijual keluar juga terbatas produk manufakturnya lantaran struktur Indonesia yang lemah.
“Tidak heran, jika kita menjadi semakin terus bergantung pada ekspor komoditas yang hanya butuh daya tenaga fisik, dan bukan kerja otak untuk meningkatkan produktivitas,” kata Faisal.
Lebih lanjut dia menjelaskan, PDB dan pertumbuhan industri yang melambat sangat dipengaruhi oleh unsur teknologi. Sementara, total faktor produktivitas Indonesia turun tajam, dan tiga perempat sumbangan pertumbuhan dikontribusi oleh modal fisik atau produksi komoditas.
Oleh karena itu, dia mendorong lebih banyak investasi terkait riset, pengembangan, dan teknik di Indonesia agar sektor industri dalam negeri dapat bangkit kembali.
“Investasi yang masuk ini kebanyakan 'otot', ya itu yang berhubungan dengan fisik. Berupa konstruksi dan bangunan. Seharusnya, investasi otak yang berupa investasi di bidang IT [teknologi informasi], juga riset dan pengembangan,” jelas Faisal.