Bisnis.com, JAKARTA – Terlepas dari berbagai sentimen negatif seperti ancaman resesi hingga suku bunga yang tinggi pada tahun 2023, investasi properti disebut masih akan menguntungkan.
Head of Business and Development Pinhome Albert Karwelo menerangkan prospek properti ke depan masih gemilang, khususnya bagi kalangan yang sudah memiliki persiapan dana lebih awal.
"Kabar resesi yang marak diperbincangkan belakangan ini dapat menjadi golden opportunity untuk mendapatkan properti dengan harga dan bunga yang relatif lebih murah. Never miss out an opportunity like a good recession," kata Albert, Rabu (4/1/2023).
Dia melihat pembelian properti saat ini menjadi suatu hal yang cukup berat sebab harganya yang relatif tinggi, khususnya yang berlokasi di daerah metropolitan.
Meskipun begitu, pada era saat ini sudah banyak platform yang membantu dan memudahkan dalam membeli hunian yang tersebar di berbagai daerah dan juga harganya yang kian bervariatif.
Senada, Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia, Steve Atherton tak memungkiri kondisi Indonesia yang menghadapi tantangan kenaikan suku bunga, inflasi biaya konstruksi, hingga kekhawatiran ancaman resesi.
Baca Juga
Namun, kondisinya masih lebih stabil jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan, menurut Steve banyak pengembang dan investor tengah fokus menggencarkan proyek perumahan atau berekspansi ke aset baru, seperti logistik, pusat data, atau proyek horizontal lainnya.
"Indonesia memiliki inflasi yang lebih rendah, kenaikan suku bunga yang lebih rendah, dan devaluasi mata uang yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasar seperti Amerika Serikat dan Eropa," kata Steve dalam keterangannya, dikutip Jumat (9/12/2022)
Dia melihat secercah harapan, pasalnya Asia Pasifik merupakan kawasan paling optimis terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebanyak 53 persen investor real estat di Asia Pasifik berharap ada dampak positif dari sentimen tersebut.
Pihaknya melihat ada tiga preferensi sektor teratas investor Asia Pasifik untuk 2023, yaitu perkantoran (68 persen), industri & logistik (65 persen), dan multifamily/build-to-rent (42 persen) tiga teratas yang sama untuk investor di seluruh dunia.