Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masuk Tahun Politik, Penyerapan Lahan di Kawasan Industri Bakal Turun?

Memasuki 2023, penyerapan lahan di kawasan industri diperkirakan bakal menghadapi tantangan yang cukup berat.
Foto aerial kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan lahan di kawasan industri diperkirakan bakal menghadapi tantangan yang cukup berat pada 2023 karena dipengaruhi sejumlah faktor. 

Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar, mengungkapkan sejumlah tantangan dalam penyerapan lahan di kawasan industri yakni kondisi geopolitik yang belum mereda antara Ukraina-Rusia, ancaman resesi global di negara maju, dan pemulihan pascapandemi.

Tak hanya itu, pada 2023, Indonesia juga akan memasuki tahun politik yang umumnya membuat investor lebih memilih untuk menahan investasi.

Di sisi lain, terbitnya Permenaker No.18 Tahun 2022 tentang kenaikan Upah Minimum (UM) 2023 berpengaruh terhadap penyerapan lahan di kawasan industri. 

"Khususnya untuk industri manufaktur, ada pengaruh juga dari keluarnya Permenaker No.18/2022 yang akhirnya menggantikan PP No.36 itu masalah formula UM yang sedikit banyak mempengaruhi atensi dari industri manufaktur, khusunya untuk padat karya," kata Sanny kepada Bisnis, Senin (2/1/2023). 

Menurutnya, aturan tersebut berpengaruh pada menurunnya tingkat kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, dia mendorong perhatian pemerintah untuk memberikan kepastian hukum yang dapat menjadi patokan bagi investor.

Adapun, penurunan penjualan lahan industri terlihat di kuartal III/2022 jika dibandingkan Kuartal II/2022. Bahkan, menurut Sanny, penjualan di sepanjang 2022 masih lebih rendah dibandingkan dengan 2021.

"Ya, sedikit [penjualannya] dibandingkan dengan tahun lalu. Memang, secara garis besar sampai kuartal ketiga untuk Jabodetabek dan karawang itu sekitar 130 hektare [penjualan], mungkin sampai Desember ini ya sekitar 150-160 hektare," ujarnya.

Sementara itu, data Colliers Indonesia, menunjukkan total lahan yang terjual di kuartal III/2022 adalah 24,5 hektare atau kurang dari setengah transaksi kuartal II/2022. Total transaksi Januari-September 2022 mencapai 139,7 hektare atau hanya sekitar 66 persen dari pencapaian 2021.

"Jika transaksi di kuartal IV/2022 tidak signifikan, maka pencapaian di 2022 tidak bisa tembus dari pencapaian di 2021. Namun, hal tersebut tidak menandakan pelemahan di sektor industri karena permintaan dan rencana peningkatan kapasitas produksi masih berjalan," ujar Sanny.

Melihat kondisi yang masih sulit, Sanny mengaku tidak dapat memastikan penyerapan lahan di 2023 akan melebihi capaian di 2022. Namun, pihaknya tetap berharap penjualan di 2023 tidak akan lebih buruk dari 2022.

"Bisa jadi [peningkatan penjualan], tapi mungkin harapannya [penjualan 2023] sama dengan 2022, itu juga sudah baik. Paling tidak kita berharap nggak lebih buruk dari 2022," ungkapnya.

Dia memprediksi sejumlah industri yang bakal mendorong penyerapan lahan di kawasan industri pada 2023 ialah yang berhubungan dengan transformasi digital yakni data center atau pusat data, logistik/gudang, industri teknologi tinggi seperti electricity vehicle (EV), industri makanan dan minuman, serta consumer goods.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper