Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Ekonomi Indonesia Tahan Tekanan Eksternal Sepanjang 2022

Kombinasi berbagai kebijakan di sektor kesehatan, fiskal, moneter, dan keuangan membuat Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang tetap menarik.
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Indonesia dinilai masih dapat bertahan di tengah berbagai tekanan eksternal yang terjadi sepanjang 2022.

Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan bahwa indeks saham Indonesia (IHSG) ditutup menguat 4,09 persen dibandingkan dengan posisi akhir 2021, at par dengan Straits Times Index (Singapura) dan sedikit di bawah Nifty 50 (India) dan Ibovespa (Brasil).

Selain itu, kenaikan bond yield Indonesia menjadi salah satu yang terendah di dunia, hanya di atas Malaysia dan Jepang.

“Dapat dikatakan sepanjang 2022, Indonesia mampu menjaga keseimbangan antara akselerasi pemulihan dan mobilitas dengan penanganan kasus Covid-19,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (31/12/2022).

Andry mengatakan, kombinasi berbagai kebijakan di sektor kesehatan, fiskal, moneter, dan sektor keuangan membuat Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang tetap menarik bagi investor global dan domestik.

Padahal, pada 2013, Indonesia dimasukkan ke dalam negara dengan risiko fragility yang besar, atau disebut dengan the fragile five, yaitu salah satu dari lima negara yang memiliki risiko kerentanan yang besar ketika aliran modal asing keluar dengan agresif.

“Beberapa kali kami melakukan investor meeting, hampir jarang ditemukan keraguan dari para investor global bahwa Indonesia akan terkena dampak hebat akan agresifnya pengetatan kebijakan moneter di dunia, terutama di Amerika Serikat,” jelasnya.

Andry memperkirakan, peranan investor domestik akan tetap sangat besar pada 2023 pada saat Bank Indonesia tidak lagi melakukan pembelian SBN dengan skema burden sharing.

Sepanjang 2022, investor asing keluar dari pasar obligasi Indonesia sebesar Rp128,8 triliun atau sekitar US$8,3 miliar.

Jika dihitung secara rasio, kepemilikan asing pernah mencapai titik terendahnya di 13,9 persen sebelum kemudian ditutup ke 14,7 persen pada tahun ini.

“Jika diibaratkan dalam permainan sepakbola, on-shore investors atau investor domestik seperti second striker yang siap menggantikan ketajaman striker utama,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper