Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve dan ECB akan membuat keputusan dalam hari yang nyaris berimpitan di pertengahan Desember 2022. Keputusan dua bank sentral itu, terutama The Fed, akan berdampak pada nilai tukar mata uang, khususnya terhadap dolar AS.
Sementara itu, di Indonesia, harga Pertalite belum akan turun meski harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan.Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji selisih harga jual dan keekonomian Pertalite saat ini tidak terlalu jauh.
Berita tentang kenaikan suku bunga bank sentral negara maju dan nilai keekonomian Pertalite yang masih jauh merupakan bagian dari setiap berita yang disajikan bisnisindonesia.id secara mendalam dan lebih analitis.
Berikut lima berita pilihan yang dikemas dalam Top 5 News bisnisindonesia,id edisi Rabu, 14 Desember 2022.
1. The Fed Naikkan Suku Bunga, Krisis Utang Global di Depan Mata
Dunia sedang menantikan keputusan bank sentral negara maju atas suku bunga acuannya. Keputusan dua bank sentral itu, terutama The Fed, akan berdampak pada nilai tukar mata uang, khususnya terhadap dolar AS.
Baca Juga
Selain berdampak pada nilai tukar, akibat kenaikan suku bunga The Fed juga akan meningkatkan biaya utang yang harus ditanggung negara-negara berkembang yang memiliki pinjaman.
Kondisi ini menjadi tidak menguntungka di tengah situasi global yang diprediksi akan suram di 2023.
Bahkan Presiden World Bank David Malpass mengungkapkan kekhawatiran atas ketidakmampuan global dalam mengelola utang gagal bayar di negara-negara berpendapatan rendah. Di sisi lain, terjadi peningkatan nilai utang negara kaya.
Malpass menyatakan lembaga keuangan internasional sudah sejak lama memberi peringatan adanya kenaikan utang. Hal itu, terutama, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan bank sentral yang dilakukan untuk meredam inflasi.
2. Ketika Setumpuk Hambatan Masih Menjerat Sektor Properti Hunian
Kontribusi sektor properti mencapai 13,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto tahun 2021. Sektor properti juga memiliki multiplier efect dan rantau pasok terhadap 175 industri lain yang sangat tinggi dengan konten lokal.
Sayangnya, masih banyak hambatan di industri properti yang berdampak pada pertumbuhan. Terlebih, dengan dikeluarkannya beleid Undang-Undang Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja (UUCK) beserta aturannya yang semestinya tak menghambat pertumbuhan sektor properti
Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menilai kehadiran beleid sapu jagat itu justru menimbulkan berbagai persoalan baru bagi pengembang.
3. Industri Keramik 2023 Diproyeksi Makin Ciamik
Utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 juga mencapai 72 persen atau tertinggi dalam lima tahun terakhir./ Bisnis
Industri keramik diproyeksikan melanjutkan kinerja yang semakin ciamik setelah pada tahun ini menikmati berkah, salah satunya tercipta dari kebijakan harga gas murah.
Menurut data terbaru Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), kinerja industri keramik sepanjang tahun ini cukup apik, tecermin dari tingkat utilisasi kapasitas produksi dan ekspor.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan tingkat utilisasi kapasitas produksi keramik nasional tahun ini mencapai 79 persen dari target 80 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014.
4. Saham GOTO Menguat, Bisa Lanjut?
Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mengakhiri pelemahan harga selama tiga pekan dengan penguatan hampir 15 persen hingga penutupan perdagangan Selasa (13/12/2022).
Dalam sebulan terakhir, GOTO kehilangan hampir 60 persen nilai pasar di tengah berakhirnya lock-up saham pemegang saham utamanya. Rentetan auto rejection bawah (ARB) GOTO juga diwarnai kekhawatiran investor soal perusahaan yang tidak menguntungkan.
Berbalik arah, saham GOTO ditutup melesat 14,94 persen atau naik 13 poin ke label Rp100 per saham. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi sejak Mei 2022 ketika saham GOTO sempat melesat 24 persen dari harga Rp200 menjadi Rp248 per saham pada 18 Mei 2022.
Bloomberg melaporkan bahwa lesatan saham GOTO hari ini diikuti dengan kenaikan volume perdagangan sebesar 30 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata jumlah saham yang ditransaksikan per hari dalam tiga bulan terakhir. Adapun sepanjang sesi, setidaknya sebanyak 261,86 juta lot saham ditransaksikan dengan nilai total Rp2,49 triliun.
5. Pertalite Belum Akan Turun meski Minyak Sudah US$75 per Barel
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan belum berencana untuk mengevaluasi kembali harga jual bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan nonsubsidi milik PT Pertamina (Persero).
Padahal, harga minyak mentah dunia berada pada keseimbangan baru yang lebih rendah di level US$75,53 per barel pada perdagangan sepekan terakhir.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan harga jual BBM bersubsidi jenis bensin Pertalite (RON 90) dan Solar saat ini masih timpang dari harga keekonomiannya.
Evaluasi bakal mulai dilakukan saat faktor pembentuk harga BBM, seperti harga minyak dunia mendekati harga jual BBM saat ini.
Posisi itu, kata Tutuka, juga berlaku untuk BBM yang dijual secara komersial oleh Pertamina dan badan usaha lainnya. Salah satunya adalah harga jual yang dikenakan untuk Pertamax (RON 92) sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar.
Dia mengakui harga jual Pertalite yang dipatok Rp10.000 per liter saat ini sudah mulai mendekati harga keekonomian jika dibandingkan dengan posisi pada pertengahan tahun ini. Kementerian ESDM masih mempelajari fluktuasi harga minyak mentah dunia yang masih berlanjut pada akhir tahun ini.