Bisnis.com, JAKARTA- PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) diperkirakan masuk ke holding aviasi dan pariwisata atau InJourney ditarget pada tahun depan setelah menyelesaikan seluruh proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Direktur Utama InJourney Dony Oskaria menjelaskan maskapai pelat merah tersebut baru menyelesaikan seluruh proses PKPU. Dia berpendapat setelah proses dari seluruh penyelesaian PKPU, emiten berkode saham GIAA, tentu akan bergabung dengan holding sebagai salah satu alternatif yang dilakukan ke depan.
“Salah satu alternatifnya Garuda gabung dengan inJourney, dan itu kalau menurut dari Kementerian BUMN kepada kami tahun depan insya Allah dilakukan penggabungan holdingisasi di Injourney. Kemungkinan pertengahan tahun,” ujarnya, Senin (12/12/2022).
Sementara itu, sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut utang Garuda Indonesia turun hampir 50 persen dari sebelumnya. Capaian ini pasca putusan menangnya maskapai dalam sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Penurunan ini dilihat jadi jumlah utang yang sebelumnya sebesar US$10 miliar menjadi hanya US$5,1 miliar. Perkiraan angka Angka ini buah dari kesepakatan restrukturisasi utang antara Garuda Indonesia dan para kreditor.
"Kami lihat secara ekuitas pun itu tadinya minus 53 [persen] sekarang minus 1,5 [persen]. Jadi sudah menurun jauh daripada cengkraman utang dan lain-lainnya," ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12).
Baca Juga
Buah dari proses restrukturisasi juga, Erick menyebut kalau maskapai pelat merah itu bisa mencatatkan laba. Per Juli 2022, mencatatkan laba bersih senilai US$3,8 juta.
Atas kinerja yang semakin membaik ini, Erick kembali menyinggung soal penyertaan modal negara (PMN) bagi maskapai tersebut. Dimana dana ini akan dialokasikan untuk menunjang operasional, termasuk penambahan pesawat.
"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat daripada keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini untuk menanggulangi harga tiket yang naik turun," jelasnya.
Senada, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menyebut utang Garuda Indonesia turun sebesar 81 persen dengan adanya restrukturisasi. Sehingga maskapai hanya perlu melunasi 19 persen utangnya dengan skema yang telah disepakati dengan para kreditor.