Bisnis.com, JAKARTA - Industri properti di Indonesia diproyeksikan akan stagnan pada tahun depan. Hal ini berdasarkan hasil survei Knight Frank dengan judul Property Outlook Survey 2023.
Dari hasil survei yang dikutip, Senin (12/12/2022), mayoritas pelaku properti memperkirakan sektor yang mereka kerjakan akan tetap sama seperti tahun ini.
Adapun, beberapa pelaku properti optimis pasar properti dalam negeri akan tetap meningkat pada tahun depan. Secara terperinci, ada 42 persen responden yang menyatakan pertumbuhan properti Indonesia akan stagnan pada 2023.
Sebanyak 38 persen responden optimistis sektor properti di Indonesia akan tetap meningkat. Sementara, 20 persen responden beranggapan sektor properti dalam negeri bakal menurun.
Banyaknya responden yang menganggap pertumbuhan sektor properti bakal stagnan karena adanya sejumlah risiko menanti pada 2023. Beberapa di antaranya adalah dampak pandemi Covid-19, kenaikan inflasi, tahun politik, pengangguran, dan kenaikan suku bunga.
Sejalan dengan itu, ada 58 persen responden yang menganggap harga properti di Indonesia tak akan berubah dalam 1-3 tahun ke depan. Beberapa subsektor yang harganya stagnan, antara lain industri, pergudangan, modern, ritel, dan perkantoran.
Baca Juga
Sementara, properti strata apartemen diproyeksi stagnan cenderung melemah. Adapun, sebanyak 42 persen responden menilai harga properti bakal meningkat dalam 1-3 tahun ke depan. Subsektor properti yang harganya dianggap akan meningkat, yakni rumah tapak, hotel, vila, dan resor.
Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66 persen, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3-5 tahun ke depan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik pada 2024.