Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian PPN/Bappenas cukup optimistis dapat menurunkan angka kemiskinan pada 2023 di tengah ancaman resesi global pada tahun depan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2022, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 26,16 juta orang atau sebesar 9,54 persen dari populasi. Angka tersebut turun 0,17 persen terhadap September 2021.
Adapun, basis perhitungan BPS menggunakan garis kemiskinan nasional berdasarkan pengeluaran, yakni sekitar Rp505.469 per kapita per bulan.
Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, jika pertumbuhan Indonesia dapat terjaga di atas 5 persen secara tahunan atau bahkan lebih tinggi di atas 6 persen, maka angka kemiskinan dapat terus ditekan.
“InsyaAllah, kecuali ada guncangan-guncangan yang cukup hebat seperti kemarin [pandemi Covid-19,” kata Vivi kepada Bisnis di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah terus mendorong agar Indonesia lebih tangguh dan mandiri, terutama terkait pangan dan energi. Pasalnya, dampak resesi global tentunya juga berdampak terhadap ekonomi dalam negeri.
Menurut dia, adanya ancaman resesi merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk terus membangun industrialisasi dari hulu ke hilir sehingga Indonesia tidak hanya mengekspor sumber daya alam mentah saja namun mampu memberikan nilai tambah dan akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.
Pemerintah sendiri juga sudah mempersiapkan berbagai upaya untuk menghadapi ancaman resesi pada tahun depan. Hal tersebut dilakukan agar angka kemiskinan tidak melonjak naik tahun depan.
Berbagai upaya yang disiapkan antara lain memperbesar perlindungan sosial, hingga mendorong produktivitas agar masyarakat tak kehilangan pekerjaan lagi, seperti yang pernah terjadi pada masa pandemi Covid-19. Selain itu, pemerintah juga mendorong pariwisata, UMKM, hingga industrialisasi ke arah ekonomi hijau, yang diharapkan dapat membuka banyak lapangan pekerjaan.
“Green economy itu menambah sekitar 1,8 juta kesempatan lapangan kerja, ada di EV, energi bersih dan macam-macam. Pastinya kita perlu mempersiapkan sumber daya kita supaya lebih green, jadi sekolah-sekolah, pelatihan dan macam-macam kita dorong untuk dukung green economy,” pungkasnya.