Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Hulu Energi Mau IPO, Pengusaha Migas Buka Suara

Pengusaha migas buka suara terkait dengan rencana Pertamina Hulu Energi yang ingin IPO pada tahun depan.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Aspermigas Moshe Rizal menilai positif rencana pemerintah untuk mendorong PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk melepas penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan.

Moshe mengatakan rencana itu bakal memperkuat posisi finansial dan modal PHE untuk lebih intensif melakukan eksplorasi lapangan minyak dan gas (migas) mendatang.

“IPO juga akan mendorong transparansi, efisiensi operasi dan transformasi PHE ke depannya,” kata Moshe saat dihubungi, Rabu (7/12/2022).

Kendati demikian, Moshe mengatakan, rencana IPO itu tidak secara langsung berdampak positif pada minat investasi baru pada sisi hulu minyak dan gas di dalam negeri.

“Seberapa besar minat publik hanya bisa dipastikan setelah IPO, jadi persiapan IPO dan juga proses marketingnya harus sangat matang,” kata dia.

Seperti diketahui, PHE berencana untuk menawarkan saham perdana ke publik di kisaran 10 persen hingga 15 persen di Bursa Efek Indonesia tahun depan.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury berharap besaran penawaran itu dapat meningkatkan diversifikasi pendanaan PHE yang selama ini bertumpu pada sokongan dari induk usaha, PT Pertamina (Persero).

Apalagi, Pahala menambahkan, utang PHE telah mencapai US$4,5 miliar atau setara dengan Rp70,20 triliun kepada pihak ketiga hingga saat ini.

Besaran itu disampaikan Pahala saat menyampaikan rencana IPO perusahaan pelat merah itu di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (7/12/2022).

“Saat ini total pembiayaan dari pihak ketiga khususnya dalam bentuk utang itu kurang lebih sekitar US$4,5 miliar dari sisi jumlah utang yang kita miliki sudah cukup besar,” kata Pahala.

Di sisi lain, Pahala menggarisbawahi, kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) PHE dari 2022 hingga 2024 diproyeksikan bakal menembus di angka US$15 miliar atau setara dengan Rp234,01 triliun.

“Jumlah yang besar tentunya kalau berharap dari sumber sumber cash internal itu tentunya kita akan membutuhkan pendanaan dari pihak ketiga termasuk perbankan dan pasar modal,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper