Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah disebut akan mempertimbangkan kelanjutan pemberian subsidi kedelai sebesar Rp1.000 per kilogram (kg) kepada perajin tahu tempe tahun depan.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan, bila nantinya harga kedelai belum kunjung turun dan perlu adanya intervensi, tidak menutup kemungkinan subsidi akan dilanjutkan.
“Anggaran kan sampai 31 Desember [2022], pada saat nanti nyebrang tahun kami duduk lagi apakah ini perlu, kalau angkanya memang perlu ditambah ya ditambah, kalau tidak ya dihilangkan,” jelas Arief saat ditemui awak media di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Meski demikian, Arief menyampaikan bahwa negara asal ekspor diperkirakan akan panen kedelai dalam waktu dekat. Hal ini diharapkan dapat membuat stok kembali normal sehingga harga kedelai dapat turun. Menurutnya, importir yang biasanya memiliki stok untuk 6 bulan, saat ini hanya tersedia untuk 1 bulan.
Selain keterbatasan stok, kenaikan harga kedelai juga disebabkan oleh melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Adapun, pemberian subsidi Rp1.000 per kg diperuntukkan bagi para perajin tahu tempe yang tergabung dalam koperasi. Bapanas mencatat dari 600.000 ton kedelai bersubsidi yang disediakan sejak Oktober hingga Desember 2022, penyerapannya hanya sekitar 10 persen saja.
Baca Juga
“Anggarannya itu 200.000 ton per bulan, tapi realisasinya rata-rata 20.000 ton. Kenapa demikian? Karena kami ketat menyeleksi melalui koperasi UMKM, hanya yang masuk Kopti [Koperasi Perajin Tahu Tempe] yang difasilitasi,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Sekretaris Jenderal Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jakarta Hedy Kusnoto mengungkapkan, rendahnya penyerapan kedelai bersubsidi akibat beberapa perajin yang memang tidak tergabung Kopti dan prosesnya yang cukup memakan waktu.
“Itu hampir mayoritas mereka tidak tergabung dalam Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo). Memang banyak persyaratannya untuk dapat subsidi,” ungkap Hedy, Kamis (8/12/2022).
Penyerapan yang tidak maksimal juga terjadi pada saat pemberian subsidi fase pertama di periode April-Juli 2022 dengan kuota sebesar 800.000 ton. Saat itu, realisasi pemberian subsidi hanya 10 persen atau sekitar 80.000 ton saja.
Badan Pangan Nasional mencatat perkiraan kebutuhan kedelai nasional untuk Januari-Desember 2022 sebanyak 2.927.538 ton. Sementara itu, ketersediaan bersih sebanyak 2.807.879 ton. Dengan demikian neraca kedelai defisit 116.668 ton.
Kementerian Perdagangan sebelumnya telah memberikan izin impor kedelai kepada Perum Bulog sebesar 350.000 ton yang diproyeksi baru akan tiba pada akhir Desember 2022.
"Kedelai mahal apalagi sekrang rupiah kita Rp15.000 lebih. Oleh karena itu, sudah ditugaskan Bulog untuk impor kedelai 350.000 ton, nanti bulog akan jual Rp11.000 atau Rp10.000, tetapi belum sampai impornya dari Amerika, perlu waktu 45 hari mungkin akhir Desember," ungkap Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Rabu (7/12/2022).