Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai subsidi kedelai perlu diperpanjang hingga 2023 seiring masih tingginya harga kedelai dalam negeri.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kenaikan harga kedelai perlu mendapat intervensi dari pemerintah guna menjaga kestabilan harga bahan baku tahu dan tempe tersebut.
“Jadi kalau perlu skema untuk subsidi pada perajin tahu tempe terus dilakukan, memang biaya impornya mengalami kenaikan dan ada pelemahan kurs. Perlu [subsidi] diperpanjang hingga 2023 dan jumlahnya juga diperbesar,” katanya, Senin (7/11/2022).
Sepanjang tahun ini hingga 8 November 2022, harga rata-rata nasional kedelai telah naik 4,96 persen atau setara Rp700, dari Rp14.100 per kilogram (kg) menjadi Rp14.800 per kg.
Para perajin tempe dan tahu pun telah menaikan harga jual sebesar 20-30 persen. Bhima khawatir bila harga terus meningkat, tempe dan tahu tidak lagi terjangkau oleh masyarakat dan berujung pada masalah gizi.
“Kalau misalkan tahu dan tempenya tidak terjangkau oleh masyarakat, dia akan berpengaruh juga ke masalah gizi terutama bagi ibu hamil dan stunting, juga nanti uangnya kalau lebih banyak dihabiskan untuk kebutuhan pokok, masyarakat yang mengonsumsi tahu tempe akan mengurangi juga untuk belanja lainnya,” lanjutnya.
Baca Juga
Pemerintah mulai memberikan subsidi kepada perajin tahu dan tempe sebesar Rp1.000 per kg sejak 1 April hingga akhir Juli 2022 yang kemudian berlanjut hingga akhir tahun mendatang.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), pada periode awal pemberian subsidi, pemerintah berhasil menekan harga kedelai di dalam negeri meski harga internasional sedang tinggi-tingginya.
Pada Juni 2022, harga kedelai internasional CBOT berada di level tertinggi sepanjang tahun, yakni US$17,58 per gantang atau bila dikonversi sebesar Rp9.294/kg. Dalam kondisi tersebut, harga kedelai di tingkat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) sudah mencapai Rp11.612 per kg.
Sementara itu, ketika harga kedelai internasional belakangan ini sudah mulai turun, harga kedelai di tingkat Kopti saat ini masih dikisaran Rp13.030/kg dan Rp14.800/kg di tingkat eceran.
Harga kedelai impor saat ini masih merupakan harga pembelian kedelai periode 2-3 bulan sebelumnya (lag time). Pada saat itu, khususnya periode Juli-Agustus 2022, harga kedelai internasional tembus ke angka Rp8.411 per kg. Selain itu, juga terjadi kenaikan biaya distribusi sebagai dampak kenaikan BBM dunia, dari US$3,6 per gantang menjadi US$5,8 per gantang.
Sekretaris Jenderal Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Hedy Kusnoto menyampaikan, dalam hasil Rakornas Gakoptindo pada 1 November 2022, para perajin meminta besaran subsidi naik dari Rp1.000 per kg menjadi Rp3.000 per kg.
“Karena subsidi Rp1.000 per kg, sudah enggak nendang dengan harga kedelai yang kecenderungannya naik setiap hari. Per hari ini, kami membeli kedelai yang bagus di harga Rp14.800/kg,” jelasnya, Selasa (8/11/2022).
Alhasil, perajin menggunakan siasat menaikan sedikit harga jual, bahkan mengecilkan ukuran hingga menipiskan produknya.
Perajin tahu tempe pun meminta aksi nyata pemerintah dalam menstabilkan harga kedelai setidaknya per 6 bulan.
“Kami berharap harga [kedelai] di kisaran Rp9.000 hingga Rp10.000 per kg, stabil minimal 6 bulan sekali baru ada kenaikan maksimalnya 1 tahun, serta ketersediaan cadangan kedelai pemerintah dalam hal ini urusan Badan Pangan Nasional harus serius melaksanakan Perpres No. 125/2022 [Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah] di antaranya kedelai,” tutupnya.