Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek MRT Kota-Ancol Barat Tunggu Gubernur DKI Jakarta

Proyek MRT Kota-Ancol Barat akan menunggu Gubernur DKI Jakarta terkait dengan lokasi pembangunan stasiun dan depo.
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (6/6/2021)./Antara
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (6/6/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Proyek MRT Jakarta Fase 2B Kota–Ancol Barat akan dibahas lebih lanjut guna memutuskan posisi Depo Stasiun. PT MRT Jakarta (Perseroda) membeberkan bahwa keputusan akan diambil bersama dengan Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menjelaskan bahwa sesuai dengan kajian yang dilakukan, proyek MRT Fase 2B akan meliputi daerah Ancol Barat. Namun, titik persis dari lokasi pembangunan stasiun maupun depo belum ditentukan.

"Saat kajian, masuklah itu area Ancol Barat. Posisi pastinya itu yang sedang mau diputuskan hari Kamis. Insya Allah ada Rapimgub [untuk membahas] posisi [deponya] di mana, tapi areanya kurang lebih tidak bergeser dari area Ancol Barat," ujarnya di sela-sela Forum Jurnalis MRT Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Berdasarkan catatan PT MRT Jakarta (Perseroda) per September 2022, rencana pembangunan MRT Fase 2B memiliki panjang jalur sekitar 6,0 kilometer (km). Terdapat dua stasiun bawah tanah dan satu stasiun di atas tanah termasuk depo yang rencananya dibangun pada fase tersebut.

Fase 2B akan menyambung Fase 2A yang kini sudah memasuki tahap konstruksi. Fase 2A memiliki jalur sepanjang Bundaran HI–Kota. Pembangunan prasarana MRT Bundaran HI–Kota ditargetkan rampung pada Juni 2027 untuk segmen 1 (HI–Harmoni), sedangkan segmen 2 (Harmoni–Kota) pada April 2029.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Effendi menilai proyek MRT Fase 2 memiliki tingkat kesulitan konstruksi yang lebih rumit. Apalagi, adanya pandemi Covid-19 merubah sistem kerja menjadi lebih ketat dibandingkan dengan saat Fase 1 Lebak Bulus–Bundaran HI, yang sudah beroperasi sejak 2019.

"Tingkat kesulitan lebih tinggi, kemudian pandemi Covid-19 merubah semua cara kerja. Dulu bisa keroyokan, sekarang jaga jarak. Lalu, ada perang Rusia-Ukraina yang merubah supply chain yang seharusnya bisa lebih cepat," jelasnya pada kesempatan yang sama.

Tidak hanya itu, krisis cisemikonduktor juga disebut menjadi faktor penyebab meningkatnya biaya proyek menjadi Rp25,3 triliun, dari sebelumnya Rp22,6 triliun.

"Paling krusial juga semikonduktor lagi tinggi-tingginya dipakai di dunia. Demand-nya naik, maka harga juga signifikan naik," lanjut Effendi.

Pada Agustus 2022, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa biaya proyek MRT Fase 2 bengkak akibat kompleksitas konstruksi dan kondisi lahan yang tidak stabil.

Untuk diketahui, pembangunan jalur MRT yang termasuk lintas Utara–Selatan itu melewati bangunan peninggalan budaya seperti Kota Tua sehingga diperlukan kehatian-hatian yang lebih tinggi.

Airlangga juga menyebut adanya permasalahan lahan di titik akhir Jalur MRT Utara–Selatan yakni di Ancol Barat. Presiden Joko Widodo, lanjutnya, meminta agar ada alternatif titik akhir lain di wilayah Ancol maupun Marina.

"Tentu ini berharap perolehan lahan baik dari Menteri ATR/BPN maupun Gubernur DKI Jakarta," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper