Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) mengatakan sisa stok gula kristal rafinasi (GKR) nasional sampai dengan akhir Desember 2022 hanya mencapai 30.000 ton.
Direktur Eksekutif AGRI Gloria Guida Manalu mengatakan kondisi tersebut sudah berdampak terhadap sebagian pabrik di industri makanan dan minuman (mamin) yang terpaksa berhenti berproduksi karena kehabisan bahan olahan.
"Sebagian pabrik sudah berhenti operasi karena sudah tidak ada yang bisa diolah. Pabrik yang sudah setop operasi untuk Desember 2022 hampir semua," kata Gloria kepada Bisnis, Selasa (6/12/2022).
Dia menjelaskan, kebutuhan rata-rata GKR setiap bulan secara nasional berkisar antara 250.000 - 280.000 ton. Namun, untuk periode ramadan kebutuhan GKR industri berpotensi melonjak hingga 300.000 ton.
Pemerintah pun diharapkan segera mengeluarkan persetujuan impor (PI) bahan baku gula rafinasi untuk kebutuhan industri 2023 sebelum tahun ini usai.
"Wajar jika perusahaan seperti Garudafood [GOOD] ada kekhawatiran karena sampai dengan hari ini PI gula rafinasi belum keluar. Mereka khawatir akan ada kekosongan GKR," ujarnya.
Baca Juga
Dia menambahkan, segera dikeluarkannya persetujuan impor GKR juga diperlukan untuk mengantisipasi durasi pengiriman yang berpotensi lebih lama karena faktor kondisi saat ini salah satunya akibat dari adanya perang Rusia - Ukraina.
Saat ini, kata Gloria, importasi GKR ke Indonesia paling memungkinkan dari Brazil karena stok yang tersedia saat ini berasal dari negara tersebut. Dalam kondisi normal, dibutuhkan waktu pengiriman ke Tanah Air sekitar 45 hari.
"Namun, dengan adanya perang Rusia - Ukraina rutenya kemungkinan harus diubah untuk mencari jalur yang aman dan ditambah dengan kesulitan mendapatkan kapal dengan segera" jelas Gloria.
Sementara negara pemasok reguler lainnya, yakni Australia, India, dan Thailand, saat ini stok yang tersedia sudah menipis yang salah satu faktor penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi pada tahun ini akibat kondisi la nina sehingga berdampak terhadap kualitas dan kuantitas tebu dan hasil tebu di negara tersebut.
Terakhir, diperlukannya PI GKR untuk segera dikeluarkan juga terkait dengan proses importasi dari pelaku industri agar dapat lebih leluasa dalam melakukan perencanaan termasuk di dalamnya dalam mengatur strategi untuk mendapatkan harga terbaik yang disebut-sebut cukup fluktuatif dan cenderung naik dalam setahun terakhir.
Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kebutuhan gula di dalam negeri pada 2022 mencapai sekitar 6,48 juta ton yang terdiri atas 3,21 juta ton gula kristal putih (GKP) dan 3,27 juta ton gula kristal rafinasi (GKR).
Sementara dari hasil rapat koordinasi terbatas atau Rakortas Tingkat Menteri pada 26 Oktober 2021 lalu, disepakati alokasi impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi dan konsumsi tahun 2022 sebanyak 4,37 juta ton.
Perinciannya, alokasi untuk gula kristal rafinasi atau GKR ditetapkan sebanyak 3,48 juta ton, sedangkan gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi sebanyak 891,627 ton.