Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Turki mereda untuk kali pertama dalam lebih dari 18 bulan terakhir, meskipun masih di level yang sangat tinggi.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (5/12/2022), data menunjukan indeks harga konsumen (IHK) naik 84,4 persen pada November 2022 (year-on-year/yoy), turun dari level tertinggi 24 tahun sebesar 85,5 persen pada bulan Oktober dan lebih rendah dari proyeksi analis sebesar 84,8 persen.
Efek statistik harga setahun sebelumnya dan stabilitas relatif mata uang lira Turki mulai membantu menahan lonjakan inflasi. Sementara itu, inflasi bulanan mencapai 2,9 persen pada November.
Inflasi retail di kota paling makmur di Turki yakni Istanbul cenderung menurun menjadi 106 persen pada November 2022 (yoy) dari 109 persen sebulan sebelumnya.
Inflasi tahun ini mencapai level tertinggi sejak Presiden Recep Tayyip Erdogan berkuasa hampir dua dekade lalu setelah Turki memulai kebijakan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan lira dan stabilitas harga.
Para pejabat menyalahkan kenaikan harga lebih cepat pada biaya komoditas yang tinggi, sebagian disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, dan faktor eksternal lainnya.
Baca Juga
Ekonom Bloomberg Economics Selva Bahar Baziki mengatakan meskipun inflasi sedikit mereda, kebijakan ekspansif menjelang pemilu tahun depan akan menambah tetap membuat inflasi bertahan.
" Namun, meskipun kenaikan harga bulanan tetap positif, inflasi tahunan diperkirakan akan melambat hingga kuartal keempat tahun 2023 karena tingginya level pada periode dasar." lanjutnya.
Meskipun inflasi memuncak lebih lambat dari perkiraan, Erdogan telah menegaskan kembali pandangannya yang tidak konvensional bahwa suku bunga yang lebih rendah memiliki kekuatan untuk menurunkan inflasi.
Erdogan telah menekan bank sentral untuk memangkas suku bunga menjadi satu digit, tujuan yang dicapai pada pertemuan akhir November dengan memangkas suku bunga menjadi 9 persen.
Akibatnya, suku bunga rill Turki mencatat level negatif terdalam di dunia ketika disesuaikan dengan inflasi. Namun, presiden telah memberi isyarat bahwa negara akan tetap menggunakan pendekatan kebijakan moneter yang sangat longgar.
"Kami memangkas suku bunga menjadi satu digit dan ini akan terus berlanjut. Jangan khawatir, inflasi juga akan turun," kata Erdogan dalam pidato di Konya beberapa waktu lalu.
Keputusan yang dilakukan Erdogan menyebabkan kerugian jangka panjang dari krisis cara membelokkan ekspektasi harga.
Selain itu, Bank sentral memiliki penilaian yang lebih optimis. Pihak bank memprediksi inflasi konsumen akan berakhir tahun ini sekitar 65 persen, atau 13 kali lebih tinggi dari target bank sentral.