Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Turki kian memburuk dari perkiraan karena tumbuh pada laju paling lambat sejak kontraksi pada puncak pandemi global pada 2020. Posisi Presiden Recep Tayyip Erdogan menjelang pemilu tahun depan bakal terancam?
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (30/11/2022), data hari ini menunjukan produk domestik bruto Turki meningkat 3,9 persen tahunan pada kuartal III/2022. Realisasi tersebut masih di antara kinerja terbaik di antara negara G20, tetapi jauh di bawah prediksi sebagian besar analis.
Bahkan, penurunan ini merupakan perlambatan tajam dari tiga bulan sebelumnya, ketika PDB Turki meningkat menjadi 7,7 persen yang direvisi.
Di saat bank sentral Turki menerapkan langkah mengejutkan lewat pemangkasan suku bunga acuan pada Agustus 2022, pemerintah Turki juga melakukan pendekatan yang tidak biasa untuk menjinakkan inflasi yang semakin berdampak pada ekonomi.
Ketika disesuaikan dengan hari kerja dan variasi musiman, produk domestik bruto (PDB) Turki menyusut 0,1 persen pada kuartal III/2022 dari tiga bulan sebelumnya.
Pemimpin terlama Turki, Recep Tayyip Erdogan, akan mengikuti pemilihan Presiden pada tahun depan. Erdogan telah memperjuangkan model ekonomi yang memprioritaskan ekspor, produksi, dan lapangan kerja dengan mengorbankan stabilitas harga dan mata uang lira.
Erdogan juga telah menekan bank sentral untuk menurunkan patokannya menjadi satu digit, tujuan yang dicapai pada pertemuan minggu lalu dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 9 persen.
Menteri Keuangan dan Keuangan Turki Nureddin Nebati berkomentar serelah data di rilis bahwa mengatakan pendekatan Turki membuahkan hasil dan bersumpah pemerintah akan tetap dengan kebijakan yang berfokus pada pekerjaan.
"Mempertimbangkan dinamika unik, pengalaman masa lalu, dan potensi negara kita; Kami bertekad untuk terus menerapkan kebijakan berorientasi ketenagakerjaan yang membuat Turki tumbuh dan membuka jalan bagi investor kami," cuit Nureddin di akun Twitter-nya @NureddinNebati, Rabu (30/11/2022).
Meski demikian, penurunan suku bunga acuan empat kali berturut-turut sejauh ini gagal memberikan banyak dorongan pada ekonomi US$800 miliar. Kondisi bisnis dan konsumen juga terbukti kurang kebal terhadap kerusakan inflasi setelah lonjakan pasca-pandemi yang melihat pertumbuhan ekonomi Turki melebihi 6 persen setiap triwulan sejak pandemi.