Bisnis.com, JAKARTA - Pada tahun 1492, ketika Christopher Columbus berlayar ke India, kebanyakan orang pada waktu itu percaya bahwa dunia itu datar. Sementara Columbus tidak pernah menemukan India saat dia berlayar ke barat, dia terkenal berseru: “Dunia ini bulat.”
Lebih dari 500 tahun kemudian, dunia—dalam hal ekonomi—sangat datar atau linier. Faktanya, lebih dari 90% ekonomi dunia bersifat linier. Perubahan paradigma diperlukan menuju ekonomi sirkular. Emisi nol bersih tidak dapat dicapai tanpa limbah nol bersih. Mengurangi sampah melalui pendekatan ekonomi sirkular akan menciptakan peluang ekonomi dan membangun dunia yang berkelanjutan.
Menurut Bank Dunia, timbunan sampah global akan melonjak 70 persen pada 2050. Hal itu menegaskan kebutuhan untuk mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular menjadi sangat signifikan.
Untuk menuju ekonomi sirkular dibutuhkan perubahan pola pikir, di mana sumber daya dapat digunakan kembali semaksimal mungkin, dengan mengoptimalkan pemanfaatan kembali barang-barang konsumsi dan aktivasi daur ulang komponen yang tidak diinginkan.
Ekonomi Sirkular dapat menghasilkan US$4,5 triliun dalam output ekonomi tambahan pada 2030, dan US$25 triliun pada 2050—mendorong sumber pendapatan baru dan mengurangi berbagai biaya. The World Economic Forum memperkirakan bahwa pada 2025, daur ulang, penggunaan kembali, dan produksi ulang dapat membantu membuka US$1 triliun per tahun dalam sumber daya yang terbuang dan mengurangi 100 juta ton limbah secara global .
Jika perusahaan ingin berkembang dalam transisi menuju ekonomi sirkular, dibutuhkan lebih dari sekadar upaya retrofit sirkularitas pada proses yang sudah ada. Perusahaan harus mereka-ulang bagaimana cara mengoperasikan bisnis untuk menjadi pemenang dalam jangka panjang.
Baca Juga
Ada tiga dimensi untuk mencapai ekonomi sirkular. Pertama, mendesain ulang dan memanufaktur ulang. Salah satu alasan utama hilangnya keanekaragaman hayati adalah pendekatan “ambil-buat-limbah” dari sektor pertanian, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Mendesain ulang produk makanan yang diproduksi secara tidak berkelanjutan dan menggunakan tanaman berdampak rendah, dapat membantu mengatasinya.
Remanufaktur dengan membangun kembali produk lama menggunakan kombinasi komponen yang digunakan kembali, yang diperbaiki, serta komponen baru untuk memenuhi spesifikasi baru, dapat membantu perusahaan mengurangi pemborosan dan menghemat sumber daya sekaligus meningkatkan margin, pendapatan, dan keamanan pasokan mereka.
Di Indonesia, salah satu contoh yang dilakukan oleh perusahaan seperti PT ECO Paper Indonesia adalah memproduksi kertas daur ulang menggunakan limbah kertas, termasuk yang dikumpulkan dari TPA atau dari jalanan oleh para pekerja TPA.
Kedua, penggunaan ulang. Saat ini, sebagian besar limbah dari kemasan plastik mengalir melalui sistem linier yang mengancam keanekaragaman hayati dengan mencemari habitat alami, membahayakan satwa liar, dan berdampak terhadap perubahan iklim.
Hanya 14% dari kemasan plastik yang digunakan secara global yang didaur ulang, sementara 40% berakhir di TPA dan 32% di ekosistem, dengan 14% sisanya digunakan untuk insinerasi.
Sebuah perusahaan rintisan di Indonesia juga telah memanfaatkan kemajuan tekonologi dalam menyediakan layanan isi ulang kebutuhan rumah tangga tanpa menggunakan kemasan plastik. Konsumen bisa membeli kebutuhan rumah tangga sehari-hari dengan membawa wadah sendiri.
Salah satu model bisnis yang diterapkan adalah warung berjalan di mana penjualnya mendatangi kawasan berpenghasilan rendah hingga menengah. Mereka menawarkan layanan isi ulang melalui teknologi dispenser dengan harga lebih murah.
Ketiga, daur ulang dan pengurangan. Penting untuk terus berinovasi dalam upaya meningkatkan kapasitas daur ulang dan efisiensi. Indonesia mendorong penciptaan bank sampah sebagai salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat dan menginisiasi perubahan dalam perilaku keseharian mereka.
Bank sampah berperan sebagai poin pengambilan sampah, yang setelah itu pelaku industri daur ulang akan memproses sampah-sampah tersebut menjadi bahan mentah kembali. Kunci dari ekonomi sirkular adalah memastikan limbah dapat menjadi sumber daya dan bermanfaat untuk hal yang lain.
Dunia yang berkelanjutan hanya dapat terwujud melalui ekonomi sirkular. Prinsip tersebut dapat diterapkan di semua industri, mengarah pada keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ekonomi dan masyarakat.
Ada saatnya ketika Columbus menyadari bahwa dunia itu bulat, kini saatnya kita bersama-sama harus beralih dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular. Tampak jelas bahwa momentum transisi ekonomi sirkular makin cepat. Oleh sebab itu, berinvestasi dalam pilar ekonomi sirkular berarti berinvestasi pada pemenang masa depan.