Bisnis.com, JAKARTA - Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) yang ditargetkan beroperasi pada Juni tahun depan bakal menjadi kereta cepat pertama di Indonesia. Pengoperasian kereta cepat di China dinilai bisa menjadi contoh pembelajaran untuk Indonesia.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menjelaskan bahwa KCJB bisa belajar dari China, di mana kereta cepat menjadi tulang punggung transportasi penggerak ekonomi.
Adanya kereta cepat di Negeri Panda itu menjadikan tulang punggung transportasi bukan pada pesawat terbang, atau jalan tol seperti di Indonesia. Adanya kereta cepat untuk penumpang juga mendorong pemisahan antara transportasi orang dan barang, barang yang dialihkan untuk menggunakan kereta konvensional.
"Jalur transportasi barang dan orang benar-benar terpisah, dan frekuensi logistik bisa tinggi dan bersaing," ujar Djoko, dikutip Rabu (30/11/2022).
Akademisi dari Unika Soegijapranata itu menyebut riset dan pengembangan teknologi menjadi kekuatan dari China, sehingga manajemen logistik dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan naik.
Di sisi lain, urusan tanah untuk proyek Kereta Cepat ditangani oleh pemerintah daerah dan dilaksanakan secara singkat. Djoko menyebut China sudah lebih dulu menyiapkan masterplan dari urusan pertanahan proyek infrastruktur kereta cepat.
Baca Juga
China Railway, BUMN perkeretaapian China, dan pemerintah pusat bukan menjadi satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk mengembangkan jalur-jalur kereta cepat, melainkan juga masuk pertimbangan dari pemerintah daerah.
Oleh sebab itu, Kereta Cepat Jakarta–Bandung yang juga digarap oleh China didorong untuk bisa melibatkan lebih banyak peran pemerintah setempat yang daerahnya dilalui. Utamanya, terkait dengan fasilitas angkutan umum pengumpang (feeder) dari dan ke kawasan perumahan dan pemukiman.
"Kota Bandung sudah dibantu Kemenhub mengoperasikan lima koridor Bus Trans Metro Pasundan dengan skema pembelian layanan [buy the service]. Mulai 2023 akan dibangun jaringan Bus Rapid Transit [BRT] di Kota Bandung bantuan Kemenhub dan Bank Dunia," lanjut Djoko.
Berdasarkan hasil perhitungan Polar UI pada 2021, diasumsikan terdapat 11 persen masyarakat yang beralih ke Kereta Cepat, dengan estimasi 29.140 penumpang per hari. Pada 2023, estimasi penumpang diperkirakan naik ke 31.215 penumpang per hari.
Asumsi dari pihak China justru lebih tinggi yakni 25 persen, berdasarkan pengalaman pada operasi kereta cepat Beijing-Tianjin yang memiliki profil proyek dan tipikal ekonomi wilayah yang mirip.
Kini progres konstruksi proyek sudah mencapai 81,66 persen, dan progres investasi telah mencapai 91,40 persen.
Pemerintah optimistis dengan turunnya Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek tersebut sebesar Rp3,2 triliun [guna mendanai cost overrun], Kereta Cepat Jakarta–Bandung akan bisa beroperasi pada Juni 2023, setelah mundur dari target awal 2019.