Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 4,5 persen–5,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2022
Hal tersebut disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senin (21/11/2022).
“Di atas 5 persen Alhamdulillah konsumsi domestik juga menguat, ekspor masih cukup bagus, investasi cukup bagus,” kata Perry, Senin (21/11/2022).
Meski ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh di atas 5 persen pada 2022, Perry menekankan agar tetap waspada pada 2023 mendatang mengingat adanya perlambatan ekonomi dunia serta dampak resesi global terhadap ekonomi dalam negeri.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 mencapai 5,72 persen yoy. Bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tumbuh 1,81 persen.
Sementara itu, untuk inflasi diperkirakan masih akan naik hingga 6,1 persen di akhir tahun sebagai dampak dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah pada September lalu.
Baca Juga
Untuk menekan inflasi, Perry meminta dukungan Komisi XI untuk terjun ke daerah-daerah guna mengendalikan inflasi pangan agar inflasi pangan dapat turun ke level 5–6 persen pada bulan-bulan berikutnya.
Kemudian dari sisi administered prices, untuk tarif angkutan dan juga adanya kenaikan UMR dinilai perlu dikendalikan. Jika kedua hal tersebut dapat dikendalikan, Perry cukup optimistis inflasi pada akhir 2022 bisa berada di bawah 6 persen.
Terkait nilai tukar rupiah, Perry menyebut pihaknya tengah berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Kami terus melakukan langkah mati-matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah supaya imported inflation-nya itu tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter terjaga, stabilitas sistem keuangan terjaga, kondisi korporasi juga baik sehingga secara keseluruhan itu juga baik,” ujarnya.
Adapun dia memastikan, cadangan devisa yang sempat turun dari US$139 miliar menjadi US$130,2 miliar, tidak akan turun lagi.
Hingga 16 November 2022, nilai tukar rupiah tercatat melemah 8,6 persen. Namun, jika dibandingkan dengan penguatan dolar atau pelemahan negara lain, depresiasi nilai tukar rupiah relatif cukup baik.