Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Menipis! Bulog Minta Pemerintah Segera Impor Beras

Bulog mengusulkan jalan alternatif untuk pemenuhan 1,2 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) melalui jalur impor.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memberikan penjelasan kepada awak media, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memberikan penjelasan kepada awak media, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) memberikan sinyal kepada pemerintah untuk melakukan alternatif dalam upaya memenuhi pasokan cadangan beras pemerintah (CBP) salah satunya dengan impor.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas), menyampaikan saat ini pihaknya kesulitan menyerap beras dari petani karena stoknya tidak ada, mengingat saat ini masih dalam proses tanam.

“Kami harus segera mengambil langkah alternatif untuk memenuhi jumlah ini, kami tidak mungkin dalam waktu dekat dapat menyerap dalam jumlah besar karena selain stoknya tidak ada, harganya juga tidak memungkinkan,” kata Buwas dalam RDP Komisi IV DPR RI dengan Bapanas, Perum Bulog, ID Food dan PT Pupuk Indonesia, Rabu (16/11/2022).

Meski telah melakukan kesepakatan melalui tanda tangan kontrak dengan petani untuk menyerap 500.000 ton, kenyataannya hingga saat ini baru terserap 92.000 ton akibat keterbatasan stok.

Adapun, Perum Bulog ditugaskan untuk mengamankan 1,5 juta ton CBP untuk 2022, kemudian dikoreksi menjadi 1,2 juta ton. Sementara itu, stok per 16 November 2022 berada di level 651.437 ton. Untuk itu, Buwas mengusulkan jalan alternatif untuk pemenuhan 1,2 juta ton CBP melalui jalur impor.

“Kalau mau mendatangkan dari luar, itu harus secepat mungkin, karena beberapa negara menutup atau tidak mengeluarkan produksi pertanian khususnya beras,” ujar Buwas.

Meski Kementerian Pertanian menyampaikan kondisi beras surplus, pada kenyataannya akibat pandemi Covid-19, perilaku masyarakat berubah dengan mengamankan cadangan beras di rumahnya masing-masing lebih banyak. Dengan demikian, stok beras lebih banyak berada di tangan masyarakat.

Sementara itu, Perum Bulog mengalami kesulitan penyerapan karena saat ini telah memasuki masa panen ketiga, yang mana hasil produksi sangat sedikit. Umumnya panen raya baru akan terjadi pada periode Februari-Mei setiap tahunnya.

Selain itu, kondisi cuaca yang kerap hujan dengan intensitas tinggi, menyebabkan sawah-sawah petani di beberapa provinsi seperti Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah terendam banjir. Akibatnya ketersediaan beras di petani semakin sedikit.

“Stok yang ada untuk kepentingan negara semakin berkurang, karena memang selain ada anomali cuaca, beberapa wilayah di Jawa Tengah, Jawa Barat, juga Lampung sendiri itu terendam banjir sehingga mempengaruhi jumlah dan produksi panen itu sendiri,” ungkapnya.

Adapun, sebelumnya Lembaga Internasional, Pusat penelitian beras dunia, International Rice Research Institute (IRRI) pada pertengahan 2022, memberikan penghargaan terhadap Republik Indonesia yang selama tiga tahun terakhir mampu mencapai swasembada beras secara berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper