Bisnis.com, JAKARTA - Paxel memasang target pertumbuhan yang realistis terkait dengan pertumbuhan kinerja pada 2023. Hal itu lantaran adanya ancaman dampak resesi global pada perekonomian domestik.
Direktur Utama Paxel.co Zaldy Ilham Masita memprediksi adanya penurunan daya beli masyarakat dan kenaikan sejumlah biaya operasional perusahaan pada tahun depan, sehingga target yang dibidik pun terbilang moderat.
"Untuk 2023 kita tidak berharap banyak karena adanya penurunan daya beli masyarakat dan kenaikan biaya-biaya karena kenaikan [harga] BBM dan UMR. Kita berharap bisa tumbuh 25-35 persen dibandingkan 2022 sudah bagus," jelasnya, Senin (14/11/2022).
Menurut Zaldy, pelambatan ekonomi yang berpotensi terjadi pada 2023 pasti akan memiliki efek rambatan kepada sektor logistik. Oleh karena itu, lanjutnya, Paxel dinilai justru harus memberikan tingkat layanan yang lebih baik dan inovasi produk baru.
Beberapa contohnya yakni penyediaan vending machine untuk mitra pedagang (merchant) Paxel, dan pemenuhan rantai pendingin (cold chain) bagi merchant penjual makanan laut (seafood) utamanya yang memiliki pasar ekspor.
Makanan beku atau frozen food, terang Zaldy, memang menjadi salah satu produk yang berkontribusi pada pertumbuhan kinerja pengiriman Paxel. Pertumbuhan kinerja Paxel pada kuartal III/2022 tumbuh dua kali lipat dari capaian kuartal III/2021.
Baca Juga
Jelang akhir tahun, Zaldy berharap kinerja pengiriman akan dipacu oleh tingginya permintaan pada libur Natal dan tahun baru.
"Untuk Q42022, kita berharap bisa tumbuh 20 persen dibandingkan Q32022 dengan adanya high season Natal dan tahun baru," tutupnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2022 sebesar 5,40 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari capaian kuartal III/2021.
Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan sebesar 25,81 persen (yoy), diikuti oleh akomodasi dan makan minum (17,83 persen), administrasi pemerintahan (12,42 persen), dan jasa perusahaan (10,79 persen).
Hal itu membuat sektor logistik tumbuh positif pada tiga kuartal berturut-turut sejak awal 2022, setelah sebelumnya terkontraksi akibat pandemi Covid-19. Kendati demikian, sektor logistik diprediksi akan menghadapi tantangan pada 2023 ketika adanya ancaman pelemahan ekonomi global.
"Tantangan sektor logistik pada kuartal IV/2022 dan 2023 adalah menjaga konsistensi dan tingkat pertumbuhan transportasi dan pergudangan yang tinggi itu. Tantangan lainnya adalah peran dalam menghadapi ancaman resesi dan ketidakpastian rantai pasok global, termasuk sebagai dampak dari dinamika geopolitik global," ujar Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi.