Bisnis.com, BADUNG — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa terdapat sejumlah tantangan dalam mengajak negara-negara lain untuk turut menempatkan dana di Pandemic Fund, untuk pencegahan dan persiapan jika terjadi pandemi selanjutnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani dalam konferensi pers peresmian Pandemic Fund, Minggu (12/11/2022) di Hotel Mulia Nusa Dua, Bali. Inisiatif Pandemic Fund sebelumnya bernama Financial Intermediary Fund for Pandemic Preparedness.
Dalam forum G20, kesepakatan dapat ditetapkan jika seluruh anggota setuju atas suatu usulan. Artinya, terbentuknya inisiatif Pandemic Fund terjadi karena 100 persen anggota G20 sepakat mengenai usulan tersebut.
Meskipun begitu, belum semua anggota G20 memberikan dana untuk inisiatif Pandemic Fund. Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya terdapat sembilan negara anggota G20 yang sudah menyumbangkan dana ke Pandemic Fund.
Terdapat empat negara anggota G20 yang telah menyatakan komitmen akan turut berkontribusi di Pandemic Fund. Terdapat pula satu negara yang menyatakan akan menambah dana di inisiatif tersebut pada 2023.
Beberapa negara yang bukan anggota G20 pun telah menyumbang dana untuk Pandemic Fund. Mereka adalah Uni Emirat Arab, Spanyol, Singapura, Norwegia, dan Selandia Baru.
Baca Juga
Sri Mulyani mengungkap bahwa tantangan utama dalam mengajak negara-negara lain, terutama G20, untuk menempatkan dana di Pandemic Fund adalah bagaimana membangun kepercayaan terhadap inisiatif baru itu.
“Karena ketika para pemimpin memberi mandat kami [JFHMM] untuk membentuk fund ini, terdapat banyak perbedaan terkait apa jenis pembiayaannya, apakah bersama dengan WHO, atau ini akan menghasilkan pengelolaan yang sepenuhnya berbeda di tingkat global,” ujar Sri Mulyani pada Minggu (12/11/2022).
Menurutnya, governing board Pandemic Fund dan Indonesia selaku presidensi perlu terus meyakinkan para anggota G20 dan negara lainnya bahwa inisiatif itu dapat memperkuat arsitektur kesehatan internasional. Inisiatif itu pun akan melibatkan World Health Organization (WHO).
“Apa peran sebenarnya dari funding ini, bagaimana melengkapi mekanisme lain, bagaimana ini akan sesuai dengan arsitektur kesehatan global dan peran WHO. Setelah semua ini jelas, akan lebih banyak negara yang berpikir, baik, aku akan berkontribusi,” ujar Sri Mulyani.