Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Naik 5,72 Persen di Tengah Bayang Resesi

Secara umum, BPS mencatat hampir seluruh sektor tumbuh positif, kecuali jasa kesehatna pada kuartal III/2022.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 sebesar 5,72 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) di tengah resesi yang terjadi di sejumlah negara.

Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan bahwa penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III adalah industri pengolahan, yakni 17,88 persen

"Ini tentu saja merupakan capaian atau prestasi seluruh masyarakat Indonesia di tengah terpaan kondisi global yang tidak menentu, bahkan trennya semakin menguat," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (7/11/2022).

Selanjutnya penyumbang selanjutnya adalah sektor pertambangan, yakni 13,47 persen. Kenaikan harga batu bara di tingkat global, kata Margo, berdampak positif pada beberapa provinsi.

"Misalkan di Sumatera Selatan, sektor pertambangan memiliki share dalam ekonominya 25,88 persen, dan ini kalau kita hitung source of growth-nya pertambangan merupakan terbesar ketiga setelah perdagangan dan industri pengolahan," katanya. 

Adapun berdasarkan pertumbuhan tertinggi, sektor transportasi dan pergudangan naik 25,81 persen yoy. Namun sumbangsinya masih di bawah pertanian, perdagangan, dan konstruksi. 

Selain itu, akomodasi makan dan minum menjadi sektor dengan pertumbuhan kedua tertinggi, yakni 17,3 persen yoy. 

"Didorong karena peningkatan aktivitas masyarakat," katanya.

Margo melanjutkan bahwa hampir seluruh sektor tumbuh positif pada triwulan ketiga tahun ini, kecuali jasa kesehatan. "Jasa kesehatan pada Q3/2022 ini mengalami kontraksi 1,74 persen," katanya. 

Sementara itu, perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2022 atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.091,2 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp2.976,8 triliun.

Dengan demikian bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tumbuh 1,81 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper