Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 dan Risiko Resesi Indonesia

Pemerintah meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 dapat mencapai 5,6 persen—6 persen, terutama karena konsumsi domestik dan ekspor yang tumbuh.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. /Freepik
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 akan menjadi faktor penting yang menentukan kinerja perekonomian 2022. Hal itu dapat menjadi cerminan kesiapan Indonesia menghadapi risiko resesi global pada 2023, yang memerlukan fundamental ekonomi kuat.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 pada hari ini pukul 11.00 WIB. BPS juga mengumumkan keadaan ketenagakerjaan Indonesia per Agustus 2022.

Pemerintah meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 dapat mencapai 5,6 persen—6 persen, terutama karena konsumsi domestik dan ekspor yang tumbuh. Proyeksi itu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 di 5,44 persen.

Senada, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 bisa di atas 5,5 persen. Proyeksi BI sejalan dengan perhitungan sejumlah ekonom yang meyakini kinerja kuartal III/2022 akan cukup tinggi.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga Senin (7/11/2022) terdapat 30 lembaga yang sudah merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022. Rata-rata proyeksi dari seluruh lembaga itu adalah 5,81 persen.

Proyeksi tertinggi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 berada di 7,5 persen, sedangkan yang terendah adalah 5,1 persen. Dari keseluruhan proyeksi 30 lembaga, nilai tengah atau median berada di 5,6 persen.

Kinerja kuartal III/2022 akan menentukan pergerakan pertumbuhan ekonomi setahun penuh. Apabila secara kuartalan terus terjadi pertumbuhan, yakni pada kuartal I/2022 di 5,01 persen, kuartal II/2022 di 5,44 persen, dan berlanjut, maka target pertumbuhan ekonomi 2022 di 5,2 persen bisa tercapai.

Komponen pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) ditentukan oleh nilai konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah (government spending), ekspor, dan impor. Konsumsi domestik berperan hingga 60 persen terhadap PDB, sehingga apabila mampu terjaga, ekonomi akan tumbuh dengan baik.

Terdapat kecenderungan bahwa pada akhir tahun pemerintah akan menggenjot belanjanya, sehingga komponen pengeluaran pemerintah dan konsumsi domestik bisa meningkat. Namun, kinerja investasi, ekspor, dan impor akan bergantung kepada kondisi ekonomi global sehingga masih dapat bergerak dinamis.

Berbagai indikator itu dapat menjadi acuan bagi Indonesia untuk menghadapi risiko resesi global pada 2023. Berbagai lembaga internasional menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023, karena seperti yang Bank Dunia sampaikan, akan terjadi awan gelap perekonomian tahun depan.

Apakah Indonesia aman? Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati cukup optimistis akan hal tersebut. Dia menyebut bahwa di tengah kewajiban konsolidasi fiskal atau pengurangan defisit APBN, ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh positif.

“Karena kita punya alasan untuk optimistis, momentum pemulihan kita bagus, external balance bagus, kesehatan sudah recover, kesehatan APBN juga sudah diperkuat lagi. Sesudah dihantam Covid semuanya, banyak negara yang belum sehat, kita relatif sudah mulai recover,” ujar Sri Mulyani dalam wawancara khusus bersama Bisnis, beberapa waktu lalu.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menyampaikan keyakinannya bahwa resesi global tidak banyak menyentuh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Alasannya, perekonomian Indonesia memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi badai resesi global.

“Saya yakin, resesi dunia ini tidak banyak menyentuh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Memang kita khawatir tapi kita memiliki kesempatan dalam kekhawatiran ini, jangan semua pesimistis,” ujar Jusuf Kalla, beberapa waktu lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper