Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menyampaikan bahwa resesi global pada 2023 tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian Indonesia.
Hal ini sejalan dengan proyeksi World Bank yang menyatakan perekonomian Vietnam bisa tumbuh 7,5 persen, Filipina 7 persen, Malaysia 6,4 persen, dan Indonesia 5 persen, pada 2023.
“Bagi Indonesia dan Asean krisis dunia tidaklah berpengaruh banyak. Indonesia sendiri, di sektor energi tidak ada masalah, listrik PLN surplus dan batu bara naik tinggi harganya,” katanya di Jakarta, Rabu (2/11/2022).
JK mengatakan, Indonesia berhasil melalui sejumlah krisis, salah satunya krisis subprime mortgage pada 2008 yang menyebabkan perekonomian Amerika Serikat (AS) anjlok.
Pada saat itu, perekonomian Indonesia tetap tumbuh tinggi pada level 4,5 persen, meski memang melambat dari level pertumbuhan sebelumnya di 6 persen.
“Jadi dalam situasi ini hendaknya kita tidak usah pesimis, seolah-olah krisis ini adalah krisis yang menjadi masalah besar bagi Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga
Dia mengatakan, meski dunia dihadapkan pada ancaman resesi pada tahun depan, Indonesia tetap berpeluang meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Hal ini tercermin dari krisis pangan dan energi yang berlangsung saat ini, di mana Indonesia diuntungkan dengan harga komoditas CPO dan batu bara yang meningkat tinggi di pasar global. Hal ini mendorong lonjakan nilai ekspor, sehingga neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus selama 29 bulan beruntun hingga September 2022.
Oleh karena itu, untuk bisa meraih peluang saat terjadi resesi global, JK menilai pemerintah perlu melakukan evaluasi kebijakan agar momentum tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
“Jadi, mari kita selalu optimis, karena krisis ekonomi dunia tidak berarti tersambung ke negara dan belahan lain dunia,” kata JK.