Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) optimistis perekonomian Indonesia tetap tumbuh, meski tertekan ancaman inflasi yang tinggi. Indikasi Indonesia tak akan masuk ke jurang resesi?
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa risiko peningkatan inflasi masih menjadi tantangan yang perlu terus diwaspadai.
Lonjakan harga komoditas di pasar global yang mendorong naiknya inflasi mengharuskan bank sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter, salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
BI pun dalam 3 bulan terakhir telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin ke level 4,75 persen. Kebijakan suku bunga tersebut akan menahan inflasi dari sisi permintaan. Konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi berpotensi melambat.
“Risiko inflasi belum berhenti, risiko untuk kita harus menaikkan suku bunga terhadap dampak ke perekonomian mungkin akan terlihat, mungkin pertumbuhan ekonomi kita tidak setinggi yang diperkirakan, karena dampak suku bunga lebih mahal,” katanya, Senin (31/10/2022).
Dody memperkirakan, lonjakan harga komoditas pun masih akan terus berlangsung akibat krisis energi dan pangan, seiring dengan ketidakpastian global yang sangat tinggi.
Namun demikian, dia mengatakan, kebijakan bank sentral, terutama kebijakan suku bunga acuan akan dilakukan secara terukur, sehingga kebijakan moneter BI tetap dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Dengan itu, kita semua memiliki optimisme ekonomi kita terus tumbuh di tengah negara-negara lain, negara maju sudah menyatakan siap masuk resesi. Di regional juga demikian, [ekonomi] Indonesia hanya sedikit dari negara yang masih tumbuh 4–5 persen,” jelasnya.