Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memproyeksikan produksi batu bara domestik akan berada sedikit di bawah target yang ditetapkan pemerintah di angka 663 juta ton hingga akhir 2022.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan penyusutan produksi batu bara itu disebabkan karena pengaruh cuaca ekstrim yang diperkirakan dominan pada akhir tahun ini.
“Kemungkinan kalau produksi linier akan sedikit di bawah target secara volume tapi kalau penerimaan negara itu jauh beberapa kali lipat, karena cuaca itu pastilah hujan agak berat juga,” kata Hendra saat dihubungi, Rabu (2/11/2022).
Kendati demikian, dia memastikan, penyusutan volume produksi batu bara itu tidak akan berdampak signifikan pada prestasi setoran industri hulu tambang itu pada penerimaan negara selama periode ketimpangan pasokan dan permintaan di pasar dunia saat ini.
“Proyeksinya produksi akan sedikit di bawah, tetapi penerimaan negara tetap banyak karena harga rata-rata juga lagi bagus,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN relatif terkendali di tengah kekhawatiran akan cuaca ekstrim yang ikut mengoreksi torehan produksi komoditas energi primer tersebut.
Baca Juga
Selain itu, penguatan harga batu bara yang masih berlanjut di pasar ekspor dipastikan tidak bakal mengganggu pasokan pada pembangkit listrik tenaga uap milik perusahaan setrum pelat merah tersebut.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Lana Saria mengatakan total realisasi penerimaan batu bara untuk PLTU PLN dan pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) sudah mencapai 94,3 juta ton atau 93 persen dari rencana kebutuhan batu bara sampai dengan September 2022.
“Sepanjang 2022, pemerintah melalui Ditjen Minerba telah menerbitkan 169 surat penugasan kepada badan usaha pertambangan untuk memenuhi kebutuhan batu bara untuk PLTU PLN dengan total volume sebesar 23,75 juta ton,” kata Lana saat dihubungi, Rabu (2/11/2022).
Dari sisi teknis, Lana mengatakan, kementeriannya sudah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk memprioritaskan pengangkutan batu bara dari lokasi tambang menuju PLTU milik PLN dan IPP. Langkah itu diharapkan dapat menekan potensi menyusutnya pasokan batu bara di tengah cuaca buruk akhir tahun ini.
“Untuk mengatasi kebutuhan armada kapal atau tongkang pengangkut batu bara, Ditjen Ketenagalistrikan telah berkoordinasi dengan Ditjen Perhubungan Laut, untuk mendorong pemilik kapal mengutamakan pengangkutan batu bara dari lokasi tambang ke PLTU PLN dan IPP,” kata Lana.