Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Core Indonesia: Inflasi Oktober 2022 Akan Naik

Core Indonesia menilai bahwa kenaikan inflasi masih akan terjadi pada Oktober 2022 hingga akhir tahun.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memberikan paparan dalam CORE Economic Outlook 2019 bertajuk Memperkuat Ekonomi di tengah Tekanan Global, di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memberikan paparan dalam CORE Economic Outlook 2019 bertajuk Memperkuat Ekonomi di tengah Tekanan Global, di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau Core Indonesia menilai bahwa kenaikan inflasi masih akan terjadi pada Oktober 2022 hingga akhir tahun, karena masih ada efek transmisi dari kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM memiliki efek rambatan terhadap inflasi. Pertama, kebijakan itu menaikkan komponen inflasi harga diatur pemerintah (administered price).

Naiknya harga BBM berimbas kepada kenaikan harga pangan dan transportasi. Menurut Faisal, kenaikan komponen inflasi volatile food memiliki jeda waktu dari pemberlakuan kebijakan harga BBM, sehingga efeknya masih akan terlihat pada Oktober 2022.

"Masih ada transmisi dari kenaikan harga BBM. Inflasi Oktober 2022 prediksi kami di bawah 0,4 persen secara bulanan [month-to-month/MtM], tetapi November dan Desember 2022 akan lebih tinggi," ujar Faisal kepada Bisnis, Senin (31/10/2022).

Pada akhir tahun 2022, Core meyakini bahwa inflasi berpotensi mencapai di atas 6 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Hal itu sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia bahwa laju inflasi 2022 bisa mencapai 6,3 persen (YoY).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga Senin (31/10/2022) terdapat 16 lembaga yang sudah merilis proyeksi inflasi Oktober 2022. Rata-rata proyeksi dari seluruh lembaga itu adalah kenaikan inflasi 0,16 persen (MtM).

Proyeksi inflasi Oktober 2022 tertinggi berada di level 0,64 persen (MtM), sedangkan yang terendah adalah -0,08 persen. Artinya, rata-rata ekonom meyakini bahwa akan terjadi kenaikan inflasi secara bulanan, tetapi ada pula yang melihat peluang penurunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper