Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi yang berpotensi melebihi 6 persen pada akhir tahun dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Target pertumbuhan ekonomi masih mungkin tercapai, tetapi jika tekanannya besar bisa jadi pertumbuhan hanya 4,5 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai bahwa inflasi menjadi salah satu aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tingginya inflasi dapat berdampak kepada permintaan kredit maupun aktivitas investasi.
Menurutnya, laju inflasi yang tinggi berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi. Bahkan, jika inflasi yang tinggi dan gejolak semakin melanda, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi 2022 tertekan ke 4,5 persen.
"Ada perlambatan [akibat inflasi yang tinggi] tetapi tidak terlalu signifikan, [pertumbuhan ekonomi] masih bisa mencapai 5 persen. Kalaupun turun, paling di kisaran 4,5 persen—5 persen," ujar Faisal kepada Bisnis, Senin (31/10/2022).
Menurutnya, konsumsi domestik menjadi penopang utama dari pertumbuhan ekonomi. Selama inflasi tidak terlalu menggerogoti konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi masih berpotensi mencatatkan kinerja yang baik.
"Konsumsi swasta lebih banyak digerakkan kelas menengah atas yang tidak terlalu terdampak inflasi," kata Faisal.
Adapun, Core Indonesia memproyeksikan bahwa inflasi pada Oktober 2022 akan naik lebih kecil dari 0,4 persen secara bulanan [month-to-month/MtM]. Pada akhir tahun, laju inflasi bisa melebihi 6 persen (year-on-year/YoY).
Bank Indonesia pun menyampaikan proyeksi serupa, bahwa inflasi masih berpotensi meningkat hingga akhir tahun, yakni mencapai 6,3 persen (YoY). Capaian inflasi kemungkinan besar akan melampaui target pemerintah, yakni bergerak di rentang 3±1 persen.