Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamenkeu Ungkap 4 Penyebab Risiko Pandemi ke Gejolak Ekonomi Global

Wamenkeu Suahasil Nazara mengingatkan ada beberapa hal yang membuat risiko pandemi berubah jadi risiko global
Tangkapan layar Wamenkeu Suahasil Nazara dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild the Economy di Jakarta, Kamis (27/10/2022)./Dok. Youtube Bank Danamon
Tangkapan layar Wamenkeu Suahasil Nazara dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild the Economy di Jakarta, Kamis (27/10/2022)./Dok. Youtube Bank Danamon

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan ada empat penyebab risiko krisis akibat pandemi Covid-19 telah bergeser menjadi gejolak ekonomi global.

Dia menuturkan saat kondisi pandemi mulai mereda seperti saat ini maka aktivitas ekonomi bisa dijalankan. Apalagi masyarakat sudah mendapat suntikan vaksin Covid-19.

Namun, Suahasil mengingatkan ada beberapa hal yang membuat risiko pandemi berubah jadi risiko global. Pertama, inflasi melonjak.

"Kita sudah membayangkan kalau pandemi sudah selesai, maka kegiatan ekonomi akan muncul tetapi supply side mungkin belum akan bisa memenuhi seperti sebelum pandemi," katanya dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild the Economy di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Dia mengatakan kondisi mismatched di sisi supply akan mengakibatkan kenaikan harga atau inflasi.

Sejak awal tahun, Kemenkeu sudah membayangkan bahwa inflasi akan terjadi. Namun, tidak kita bayangkan dari seluruh dunia, yaitu Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2022.

"[Perang Rusia vs Ukraina] Ini membuat keseluruhan konstelasi dunia menjadi volatile secara serius," imbuhnya.

Kedua, pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga. Dia menuturkan Hal ini menyebabkan volatilitas pasar keuangan global, capital outflow, pelemahan nilai tukar, hingga lonjakan biaya utang (cost of fund).

Ketiga, potensi krisis utang global. Menurutnya, banyak negara yang memiliki rasio utang sangat tinggi, hingga di atas 100 persen dari PDB. Bahkan, katanya, beberapa negara sudah ditahap pemerintahnya harus minta izin DPR mereka untuk meningkatkan ruang rasio utang.

Suahasi menuturkan pemerintah memastikan agar rasio utang terhadap PDB atau debt to GDP ratio Indonesia tidak melambung.

"Saat ini, [debt to GDP ratio Indonesia] sekitar 39 persen. Kami akan tahan di sekitar itu," ucapnya.

Keempat, potensi stagflasi. Suahasil mengatakan pelemahan ekonomi global disertai inflasi tinggi merupakan kombinasi yang sangat berbahaya dan rumit secara kebijakan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper