Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelita Air Services menilai maskapai saat ini sudah siap mengantisipasi apabila harga avtur dunia kembali melambung.
Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan mengatakan harga avtur yang sering tak bersahabat sudah sejak lama menjadi tantangan industri penerbangan. Kondisi ini bergantung kepada strategi maskapai untuk jeli melihat tingkat permintaan dan menyesuaikan dengan pengoperasian rute.
Pelita Air akan mengoptimalkan rute-rute penerbangan yang potensial dan mengatur jam terbang agar diminati penumpang. Maskapai dapat mengatur sejumlah rute yang pergerakan penumpangnya tidak terpengaruh oleh sensitivitas harga avtur.
Kemudian juga dengan adanya kebijakan fuel surcharge atau biaya tambahan saat harga avtur melonjak.
"Semua maskapai bisa antisipasi soal harga avtur, salah satunya fuel surcharge. Kemudian intinya bagaimana sepandai-pandainya menyiasati dan feksibilitas harga," ujarnya, Jumat (21/10/2022).
Dendy juga menargetkan bisa mencapai tingkat keterisian penumpang (seat load factor) hingga 65 persen pada akhir tahun ini. Sayangnya, dia tidak menyebut secara spesifik target jumlah penumpang pada tahun ini.
Baca Juga
“Tahun ini sebagai maskapai relatif baru baru target load factor 65 persen. Tahun depan harapannya bisa perlahan-lahan naik menjadi lebih dari 70 persen,” ujarnya.
Dendy menyebut dari sisi belanja modal (capital expenditure/capex), PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha, akan memberikan dukungan. Dengan demikian, capex perseroan difokuskan dalam menyiapkan kru pilot menjelang beroperasi.
Selain itu, Pelita juga telah menambah pesawat pada tahun ini. Nantinya, jumlah dioperasikan Pelita Air pada tahun ini akan menjadi 8 pesawat.