Bisnis.com, JAKARTA — Selama sewindu memerintah sebagai Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) berulang kali memamerkan data kesuksesan pemerintah untuk membenahi tata kelola serta niaga tambang domestik pada tahun kedelapan kepemimpinannya.
Program hilirisasi logam dan mineral belakangan dipastikan mengerek nilai tambah industri domestik dan kinerja ekspor yang berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan catatan tiga atau empat tahun lalu.
Jokowi memastikan nilai tambah itu berpotensi untuk terus tumbuh seiring dengan target sejumlah pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter besar yang diharapkan rampung pada 2024.
Jokowi mencontohkan, pengerjaan untuk smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur yang pengerjaannya dipercepat selepas pelandaian pandemi tahun ini.
“Setelah Gresik beroperasi akan kelihatan berapa nilai tambah dari copper yang sudah lebih dari 50 tahun kita ekspor mentahan, begitu juga dengan bauksit akan muncul angka-angka di atas US$30 miliar entah dari nikel, tembaga bauksit saya pastikan itu,” kata Jokowi dalam sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Potensi hilirisasi yang masih prospektif itu, kata Jokowi, turut berdampak positif pada kinerja neraca perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara besar seperti India, China hingga Amerika Serikat. Misalnya, untuk China, dia mengatakan, neraca dagang Indonesia sempat defisit hingga US$13 miliar pada 2014 lalu. Belakangan, neraca dagang dengan China menciut di angka US$2,4 miliar pada 2021.
Baca Juga
Sementara itu, neraca dagang Indonesia dengan Amerika Serikat malahan dipastikan mengalami surplus yang makin besar pada tahun ini lewat intensifikasi hilirisasi mineral logam mentah tersebut.
Dia memastikan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat sudah surplus di angka US$14,4 miliar pada pertengahan tahun ini.
“Tahun ini kita pastikan sudah surplus dengan RRT [China] karena raw material yang sudah tidak diekspor dengan Amerika juga sama dulu surplus kita di 2014 US$3,3 miliar sekarang US$14,4 miliar,” ujarnya.
Hanya saja, kesuksesan pada industri tambang itu tidak berlaku sama dengan sejumlah manuver pemerintah untuk membenahi tata kelola hulu minyak dan gas dari sisi hulu hingga hilir hingga saat ini.
Investasi hulu yang seret untuk intensifikasi eksplorasi cekungan minyak dan gas (Migas) membuat nilai impor energi fosil itu makin lebar setiap tahunnya.
Konsekuensinya awal September 2022 lalu, pemerintah menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) domestik, karena beban subsidi dan kompensasi energi yang berpotensi makin lebar di tengah reli kenaikan harga minyak mentah pada tahun ini.
Penyesuaian harga BBM itu terjadi untuk Pertalite dari harga awal Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, diikuti Solar subsidi dari harga awal Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Adapun pemerintah turut mengerek harga Pertamax non subsidi dari angka Rp12.500 ke posisi Rp14.500 per liter.
“Tetapi anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp152,2 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus dan lagi lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu yaitu pemilik mobil-mobil pribadi,” kata Jokowi dalam siaran resminya secara virtual, Sabtu (3/9/2022).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan produksi siap jual atau lifting Migas per 30 September 2022 masih di bawah target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Berdasarkan catatan SKK Migas, torehan lifting Migas hingga akhir September 2022 berada di angka 1.562 atau 89,8 persen dari target APBN tahun ini.
Perinciannya, lifting minyak berada di kisaran 610,1 ribu BOPD dan salur gas menyentuh di angka 5.353 MMSCFD. Sementara produksi minyak stabil di angka 613 ribu BOPD.
“Produksi minyak sampai September 2022, 613.000 BOPD dengan lifting 610.000 BOPD tentu saja kita akan lifting di waktu waktu berikutnya yang akan datang sementara salur gas sudah 92,3 persen sebanyak 5.353 MMSCFD,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (17/10/2022).
Di sisi lain, SKK Migas melaporkan capaian cost recovery kegiatan hulu Migas pada triwulan ketiga tahun ini berada di angka US$4,93 miliar atau baru 57 persen dari target yang ditetapkan di angka US$8,65 miliar.
Sementara itu, setoran untuk bagian negara baru mencapai US$13,95 miliar atau 83 persen dari target APBN Perubahan 2022 yang dikerek menjadi US$16,7 miliar.
Hanya saja, Dwi menggarisbawahi, torehan investasi pada sektor hulu Migas masih relatif seret kendati harga minyak mentah dunia tertahan tinggi hingga triwulan ketiga tahun ini. Adapun torehan investasi baru menyentuh di angka US$7,7 miliar atau 60 persen dari target yang ditetapkan US$13,2 miliar.
“Yang diinvestasikan pemain global dari keuntungan cash yang diperoleh ke hulu migas hanya 27 persen, lain-lainnya mereka pakai untuk mengurangi untuk, konsolidasi bisnis dan investasi lain seperti energi baru dan terbarukan sebagian dipakai bayar dividen,” ungkap Dwi.