Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bahwa penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2023 berorientasi optimistis tetapi waspada, di tengah ancaman resesi yang berpotensi terjadi pada tahun depan.
Pemerintah merancang APBN 2023 dengan defisit 2,84 persen, atau kembali ke amanat bahwa defisit harus di bawah 3 persen. Pemerintah pun menaikkan asumsi pendapatan negara menjadi Rp2.463 triliun, dengan penambahan di seluruh elemen pendapatan.
Sri Mulyani menyebut bahwa kebijakan defisit itu menggambarkan bentuk kewaspadaan terhadap kondisi saat ini. Menurutnya, tantangan ekonomi 2023 akan berbeda dari sebelumnya karena terdapat kendala dari sisi pasokan, sementara itu permintaan tetap bertambah, sehingga meningkatkan kompleksitas.
"APBN akan terus di desain untuk bisa menjawab perubahan dari resiko dan dinamika ekonomi, baik global yang kemudian merembes ke dalam negeri kita. Ekonomi 2023 kita optimis namun kewaspadaan sangat tinggi," ujar Sri Mulyani pada Rabu (19/10/2022).
Dia menyebut bahwa pemerintah harus meningkatkan fundamental ekonomi dari sisi produktivitas, sembari menjaga kedisiplinan serta efektivitas dari sisi belanja dan penerimaan negara.'
Sri Mulyani pun menyoroti pentingnya peningkatan produktivitas di sisi belanja, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas pemberian bantuan sosial, ketahanan pangan, hingga kualitas fasilitas kesehatan.
Baca Juga
"Untuk itu APBN akan terus kita jaga untuk terus bisa menjaga dari sisi demand, supply, tetapi APBN sendiri juga harus makin kuat, makin sehat. Sementara kerjasama antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan terus diintensifkan karena tantangan memang bergeser kepada sektor keuangan tersebut," kata Sri Mulyani.