Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Pamer Inflasi Indonesia Moderat Dibanding Anggota G20

Menkeu Sri Mulyani mengatakan tingkat inflasi Indonesia lebih moderat dibandingkan negara anggota G20 lainnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Pertemuan Ke-4 Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20/ Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meetings di Washington DC pada Selasa (12/10). Dok. G20 Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Pertemuan Ke-4 Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20/ Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meetings di Washington DC pada Selasa (12/10). Dok. G20 Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa laju inflasi Indonesia selama pandemi Covid-19 terbilang moderat daripada sejumlah negara anggota G20.

Meskipun terdapat kenaikan harga BBM, menurutnya inflasi tidak menanjak signifikan.

Sri Mulyani menyebut bahwa inflasi menjadi salah satu perbincangan utama dalam berbagai pertemuan G20, termasuk pekan lalu di Washington DC, Amerika Serikat.

Di sana dia menjabarkan kondisi inflasi Indonesia yang relatif moderat, di tengah kenaikan inflasi secara global.

Pada September 2022, inflasi Indonesia secara tahunan mencapai 5,95 persen, naik dari posisi Agustus 2022 di 4,69 persen.

Inflasi inti terus mencatatkan kenaikan dan menjadi 3,2 persen, lalu lonjakan tertinggi ada pada inflasi harga diatur pemerintah (administered price) yakni 13,3 persen.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi penyebab utama tingginya administered price inflation, yang mengerek tingkat inflasi secara keseluruhan.

Namun, menurut Sri Mulyani, pemerintah mampu menjaga inflasi harga pangan (volatile food) sehingga meredam lonjakan inflasi.

"Volatile food kita mengalami penurunan, ini yang menyebabkan kenaikan inflasi kita menjadi relatif modest meskipun kita menaikkan harga BBM. Kemarin di G20 saya share upaya Indonesia yang sangat tidak konvensional ini," ujar Sri Mulyani pada Rabu (19/10/2022).

Menurutnya, penanganan inflasi dalam kondisi saat ini tidak cukup hanya dengan menaikkan suku bunga.

Perlu adanya penyelesaian masalah di sisi pasokan (supply), yakni ketersediaan barang, terutama pangan dan energi.

Dia mengklaim bahwa peranan Tim Penanganan Inflasi Daerah (TPID) di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo berhasil menangani masalah supply, sehingga kenaikan inflasi relatif moderat.

Langkah itu pun disampaikan Sri Mulyani kepada anggota G20 lainnya.

Berikut perbandingan inflasi Indonesia dengan negara anggota G20 

China: 2,8 persen

Jepang: 3,0 persen*

Arab Saudi: 3,1 persen

Vietnam: 3,9 persen

Malaysia: 4,7 persen*

Perancis: 5,6 persen

Korea Selatan: 5,6 persen

Indonesia: 5,95 persen

Australia: 6,1 persen**

Thailand: 6,4 persen

Filipina: 6,9 persen

Kanada: 7,0 persen

Brazil: 7,2 persen

India: 7,4 persen

Singapura: 7,5 persen*

Afrika Selatan: 7,6 persen*

Amerika Serikat: 8,2 persen

Meksiko: 8,7 persen*

Italia: 8,9 persen

Uni Eropa: 9,1 persen

Inggris Raya: 9,9 persen*

Jerman: 10,0 persen

Rusia: 15,1 persen

*per Agustus 2022

**per Juni 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper