Bisnis.com, JAKARTA - Presidensi G20 Indonesia telah berhasil mencapai tiga agenda prioritas G20, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi di tengah ketidakpastian global.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam diskusi bersama Institute of International Finance (IIF) pada Jumat lalu (14/10/2022).
Sebagai forum utama ekonomi global, Sri Mulyani menyampaikan bahwa G20 tengah menyepakati sejumlah opsi kebijakan di tengah situasi global yang sulit. Ini, termasuk penanganan masalah utang di banyak negara, penguatan jaring pengaman keuangan global, dan peningkatan kapasitas lembaga-lembaga keuangan multilateral.
Adapun Indonesia sendiri sebagai Ketua ASEAN pada tahun depan berkomitmen untuk menghadapi tantangan global.
“Sebagai Ketua ASEAN pada 2023 mendatang, Indonesia akan menjawab tantangan untuk mewujudkan integrasi ekonomi regional sekaligus menghadapi tantangan global dan mendorong kepentingan nasional yang tertuang dalam Priority Economic Deliverables (PEDs),” kata Sri Mulyani, mengutip siaran pers, Rabu (19/10/2022).
Selain membahas terkait kepemimpinan global, bendahara negara itu turut membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia, yaitu market outlook, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital.
Terkait market outlook, Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia terus melakukan bauran kebijakan untuk mengatasi potensi guncangan di pasar keuangan. Pemerintah Indonesia memperkuat fundamental ekonomi melalui akselerasi pemulihan ekonomi nasional untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Kemudian, terkait transisi energi, Indonesia sedang dalam tahap implementasi Energy Transition Mechanism (ETM) bersama Asian Development Bank (ADB).
“Bagian penting dari transisi energi adalah dukungan investasi terkait inovasi teknologi dan pendanaan untuk negara berkembang melalui komitmen mobilisasi dana US$100 miliar dari negara maju (Newly Collective Quantified Goals),” ujarnya.
Sementara, terkait transformasi digital, dia melihat bahwa digitalisasi merupakan perangkat penting yang membantu industri dan sektor untuk mencapai tujuan pembangunan, termasuk mitigasi perubahan iklim.
Disisi lain, dia menekankan pentingnya pengaturan yang lebih baik untuk lembaga-lembaga keuangan non-bank seiring dengan munculnya berbagai inovasi di bidang digital finance, seperti crypto assets.
Sektor keuangan dan perbankan juga perlu untuk memperkuat kerja sama keuangan berkelanjutan, utamanya melalui partisipasi sektor swasta. Menurut dia, hal ini penting dalam rangka meningkatkan mobilisasi dan intensifikasi partisipasi modal swasta.