Bisnis.com, JAKARTA - Prancis tengah dilanda krisis bahan bakar minyak (BBM) di berbagai SPBU. Hal ini dipicu adanya aksi mogok kerja dan panic buying konsumen hingga menyebabkan langkanya satu jenis BBM.
Dikutip dari Aljazeera, Senin (17/10/2022) aksi mogok ini membuat lebih dari 60 persen kapasitas penyulingan di Prancis atau 74.000 barel per hari (bph) menyusut. Prancis kini terpaksa mengimpor di tengah ketidakpastian global dan mau tak mau harus meningkatkan biaya pembelian BBM.
Adapun, pemogokan tersebut merupakan bagian dari aksi untuk tuntutan upah, pensiun, dan daya beli ketika inflasi melonjak di seluruh Eropa. Untuk itu, pemerintah Prancis berupaya meminta perusahaan raksasa energi Prancis yaitu TotalEnergies untuk menaikkan gaji pekerja.
Pasalnya, mogok kerja yang dilakukan para pekerja telah memasuki minggu kedua sehingga mengganggu pasokan bensin dan menyebabkan krisis bagi ekonomi negara.
Diketahui, depot minyak dan pemogokan kilang di grup Prancis dan grups AS ExxonMobil telah mengurangi produksi bensin Prancis lebih dari 60 persen dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, The Guardian melaporkan inti dari polemik ini yaitu kekecewaan masyarakat atas biaya hidup yang melonjak akibat inflasi dan krisis lainnya. Pekerja perusahaan minyak berbondong-bondong menuntut untuk menerima pemasukan yang lebih tinggi.
Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire mengatakan TotalEnergies memiliki kewajiban untuk memberikan upah karyawan dengan adil dan proporsi yang adil. Apalagi keuntungan yang dihasilkan perusahaan minyak tersebut terbilang besar.
"Jika seseorang mengetahui keuntungan yang mereka hasilkan, perusahaan memiliki kapasitas memiliki kewajiban untuk menaikkan upah, dan Total adalah salah satunya," kata Maire, dikutip dari The Guardian (17/10/2022).
Setelah didesak oleh pemerintah, TotalEnergies kemudian mengatakan mereka akan mengusulkan kenaikan 6 persen gaji untuk tahun depan, yang berada di bawah permintaan CGT untuk 10 persen.
TotalEnergies juga mengusulkan untuk memberikan “bonus luar biasa” kepada semua pekerjanya di seluruh dunia, setara dengan gaji satu bulan. Tawaran tersebut mengundang seluruh serikat pekerja untuk memulai negosiasi.