Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) angkat bicara soal temuan etilen oksida yang membuat salah satu produk konglomerasi Wings Group, Mie Sedaap, ditahan peredarannya di sejumlah negara.
Ketua Umum Gappmi Adhi Lukman mengatakan, regulasi yang mengatur tentang kandungan etilen oksida (ETO/ethylen oxide) merupakan aturan yang relatif baru dengan standar penerapan yang masih bervariasi.
Di Eropa, jelasnya, standar kandungan ETO beserta turunannya chloro etanol di produk makanan dibatasi hanya sekitar 0,02 PpM (part per million), di Singapura 50 PpM, sedangkan di Amerika Serikat (AS) 960 PpM.
Awalnya, regulasi ditetapkan di Eropa setelah ETO ditemukan di biji wijen. Pada semester II/2021, kandungan tersebut ditemukan di olahan biji kacang guar, gom guar, dan bahan tambahan pangan sehingga banyak sekali kategori produk terdampak.
Terkait dengan kasus Mie Sedaap, kata Adhi, merupakan kelanjutan dari penerapan regulasi kandungan ETO di Taiwan, Singapura, dan Hongkong yang mulai diterapkan tahun ini.
"Tahun ini, Taiwan menerapkan regulatory ETO, juga Hongkong dan Singapura. Ini berdampak kepada salah satu produk mie kenamaan. Tentunya kita semua ingin agar tidak terulang, meskipun nilainya relatif kecil," kata Adhi.
Baca Juga
Untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama, dia mengusulkan kepada produsen produk makanan dan minuman (mamin) untuk patuh terhadap regulasi ketika memasarkan produk ke luar negeri.
Selain itu, produsen mamin diusulkan berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk kajian ETO. "Sejauh ini, pengujian ETO masih susah laboratoriumnya. Di SGS Vietnam," jelasnya.