Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Mantan Menkeu Chatib Basri Sebut Indonesia Tidak Akan Resesi, Tapi...

Indonesia diyakini tidak akan resesi meski ekonomi dunia mendingin, akan tetapi pertumbuhan ekonomi di negeri ini diperkirakan akan melambat pada tahun depan.
Ni Luh Anggela
Ni Luh Anggela - Bisnis.com 11 Oktober 2022  |  14:14 WIB
Mantan Menkeu Chatib Basri Sebut Indonesia Tidak Akan Resesi, Tapi...
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri. - FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan 2013-2014 Muhammad Chatib Basri menyebutkan Indonesia tidak akan terseret ke periode resesi saat ekonomi sejumlah negara menunjukkan pelemahan tajam. Meski demikian, ekonom senior dari Universitas Indonesia itu menilai ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat sehingga perlu adanya antisipasi dalam menghadapi situasi saat ini.

“Kalau ditanya apakah Indonesia akan resesi atau tidak, jawaban saya tidak,” ujar Chatib dalam acara BNI Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Kendati demikian, dia melihat ekonomi Indonesia akan melambat di awal 2023. Untuk itu, salah satu kebijakan yang bisa diambil adalah ekspansi fiskal. Namun, situasi saat ini tidak sebaik yang diharapkan lantaran pemerintah pada 2021 lalu menetapkan defisit fiskal di bawah 3 persen. Akibatnya, pendapatan pemerintah akan berkurang dengan adanya perlambatan ekonomi global dan menurunnya harga komoditas.

“Kita akan melihat kontraksi fiskal,” katanya.

Adanya kontraksi dari kebijakan moneter dan kebijakan fiskal tersebut, disebut bakal menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan.  Pemerintah dalam APBN 2023 telah menetapkan defisit sebesar 2,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau secara nominal sebesar Rp598,2 triliun.

Mengutip laman resmi Kementerian Keuangan, Selasa (11/10/2022), defisit APBN telah turun secara bertahap, dari 6,14 persen pada 2020 menjadi 4,57 persen pada 2021. Kemudian dalam Perpres 98/2022 turun menjadi 4,50 persen.

“Dengan kenaikan suku bunga dan depresiasi nilai tukar yang telah menyebabkan gejolak di sektor keuangan, maka Defisit APBN yang lebih rendah tersebut memberikan potensi keamanan bagi APBN dan perekonomian,” tulis Kemenkeu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Resesi Pertumbuhan Ekonomi Jokowi
Editor : Anggara Pernando

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top