Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional atau IMF memproyeksikan inflasi global akan mencapai 8,8 persen pada akhir 2022, sebelum kembali ke 4,1 persen pada 2024. Titik tertinggi inflasi diperkirakan terjadi pada kuartal III/2022, yakni 9,5 persen.
Kepala Ekonom dan Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gournichas menjelaskan bahwa kenaikan harga pangan dan energi terjadi di seluruh dunia sehingga memicu lonjakan inflasi. Menurutnya, kenaikan inflasi meluas dengan cepat melebihi perkiraan IMF.
IMF memproyeksikan bahwa laju inflasi akan melonjak dari 4,7 persen pada 2021 menjadi 8,8 persen pada akhir tahun ini. Gournichas memperkirakan bahwa inflasi baru mulai mereda menjadi 6,5 persen pada 2023 dan lebih rendah lagi pada 2024.
"Inflasi global diperkirakan mencapai puncak di 9,5 persen pada kuartal III/2022, sebelum berkurang menuju 4,1 persen pada 2024," ujar Gournichas dalam press briefing World Economic Outlook IMF, Selasa (11/10/2022) malam waktu Jakarta.
Menurutnya, lonjakan inflasi terutama terjadi dan meluas di negara-negara maju. Penyebabnya beragam, misalnya di kawasan Eropa lonjakan inflasi sangat dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan energi, imbas dari serangan Rusia ke Ukraina.
Kondisinya lebih beragam di negara-negara berkembang, tetapi secara keseluruhan terjadi kenaikan inflasi. Kondisi serupa pun dialami Indonesia, ketika inflasi September 2022 mencapai 5,95 persen atau naik dari posisi Agustus 2022 di 4,69 persen.
Baca Juga
"Hampir di mana-mana, kenaikan harga, terutama pangan dan energi membawa risiko serius bagi rumah tangga yang rentan. Tekanan inflasi meluas lebih dari yang diperkirakan," ujar Gournichas.