Bisnis.com, JAKARTA- Mayoritas petani sawit masih merasakan harga tandan buah segar (TBS) sawit di bawah Rp2.000 per kilogram/kg atau rata-rata Rp1.800 per kg. Padahal, rerata harga penetapan Dinas Perkebunan di 22 provinsi sentra sawit sudah menetapkan harga TBS Rp2.128 per kg.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan berdasarkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) saat ini, seharusnya harga TBS Rp2.600-Rp2.700 per kg. Namun, ada beberapa penyebab hal tersebut tidak terealisasi.
“Karena PKS-PKS [Pabrik Kelapa Sawit] masih ingin untung lebih dari yang seharusnya,” ujar Sahat saat dihubungi, Senin (10/10/2022).
Gulat menambahkan, penyebab lainnya harga TBS turun lantaran pelaku usaha masih menunggu kebijakan pemerintah terkait ekspor CPO. Pemerintah sendiri memberlakukan pembebasan tarif pungutan ekspor (PE) untuk semua produk Crude Palm Oil (CPO) sampai 31 Oktober 2022. Tujuannya agar menjaga momentum harga CPO yang mulai stabil.
“Penyebab lainnya bahwa PKS, refinary dan eksportir masih menunggu kebijakan pemerintah tentang levy, apakah diperpanjang nol [pasca oktober] atau akan diberlakukan levy?,” ujar Gulat
Selain itu, untuk mempercepat kenaikan harga TBS, Gulat meminta pemerintah segera mempercepat program biodiesel 35 persen atau 40 persen (B40). Kemudian dia juga meminta agar harga TBS disamakan dengan antara petani swadaya dengan petani yang bermitra/plasma.
Baca Juga
“Kementan segera/percepatan revisi Permentan 01/2018, karena dinilai sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini dan hal ini sangat merugikan petani sawit,” imbuh Gulat.
Lebih lanjut, agar pemerintah juga mengevaluasi beban-beban TBS petani saat perhitungan harga TBS di Disbun.
“Contohnya biaya pemasaran, biaya penyusutan, biaya BOTL. Semua biaya-beban ini sangat memberatkan / menekan harga TBS Petani yg sesungguhnya tidak diperlukan. Totalnya bisa mencapai Rp300-500 per kg TBS,” jelas Gulat.