Bisnis.com, JAKARTA - Samuel Sekuritas Indonesia menaikkan proyeksi inflasi mereka, dari 5 persen (year-on-year/yoy) menjadi 6 persen pada 2022 dan 4,5 persen dari sebelumnya 4,4 persen pada 2023.
Revisi tersebut dilakukan dengan melihat kondisi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian, seperti inflasi yang masih membayangi AS dan Eropa, perlambatan ekonomi di China akibat kebijakan zero Covid mereka dan krisis sektor properti yang bakal berdampak negatif terhadap ekonomi Asia termasuk Indonesia.
Ditambah lagi, Indonesia saat ini tengah menghadapi dampak negatif dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan pada awal September lalu, serta efek menjelang pemilu pada 2024 mendatang.
Adapun tingkat inflasi diprediksi mulai menguat di kuartal ini dan bakal mencapai puncaknya di 6,3 persen pada kuartal I/2023.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, inflasi diperkirakan turun secara bertahap dan mencapai 4,5 persen di kuartal IV/2023 atau sedikit lebih tinggi dari batas atas target inflasi yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar 1±3,3 persen.
"Prakiraan inflasi ekonom kami didasarkan pada asumsi bahwa Bank Indonesia (BI) akan terus mempertahankan sikap pro-pertumbuhan pada 2023, meskipun BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan hingga 50 bps pada September," tulis Samuel Sekuritas Indonesia dalam laporannya, dikutip Minggu (9/10/2022).
Baca Juga
Dengan sikap tersebut, mereka melihat bahwa kemungkinan, BI akan membatasi siklus kenaikan suku bunga pada 25 bps/kuartal hingga akhir tahun, mencapai puncaknya di 5 persen.
Kemudian, pada awal kuartal I/2023 dan kuartal II/2023, BI akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjaga spread suku bunga dengan Fed rate di kisaran 50-100 bps.
“Di kuartal IV/2023, ekonom kami melihat ada potensi penurunan suku bunga 50 bps, mengingat The Fed mungkin akan memulai siklus penurunan suku bunganya pada awal Desember 2023,” jelas laporan itu.