Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengusaha menilai pemerintah harus memperkuat parameter fundamental ekonomi nasional, yakni inflasi dan nilai tukar mata uang, demi menjaga momentum investasi, termasuk di sektor farmasi sebagai industri strategis.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan kenaikan laju inflasi dan stabilitas nilai tukar, akan berpengaruh kepada kepercayaan investor untuk melakukan ekspansi usaha di Tanah Air.
"Kalau lengah dan stabilitas makro ekono terganggu, Ri akan sulit mempertahankan momentum pertumbuhan realisasi investasi," jelasnya kepada Bisnis.
Sementara itu, bagi sektor farmasi sebagai salah satu industri strategis nasional, andil pemerintah dalam memberikan pengawalan serta fasilitasi investasi juga menjadi satu dari sejumlah langkah yang menentukan keberlanjutan momentum tersebut.
Apabila melihat rekam jejak realisasi investasi di sektor farmasi dalam beberapa tahun terakhir, minat investor untuk menanamkan modal ke industri tersebut terus mengalami kenaikan.
Menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sektor farmasi di Indonesia mencapai US$1,8 miliar pada semester I/2022.
Baca Juga
Capaian itu lebih tinggi dibandingkan dengan total investasi tahunan di sektor yang sama pada periode 2019 hingga 2021.
Pada 2019, total realisasi investasi sektor farmasi di Tanah Air senilai US$1,46 miliar. Capaian itu naik menjadi US$1,74 miliar pada 2020. Lalu, turun tipis menjadi US$1,69 miliar pada 2021.