Bisnis.com, JAKARTA - Minat investor asal Korea Selatan (Korsel) untuk menanamkan investasi di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya, yakni kerja sama antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) dan Posco.
Kerja sama ini dilakukan dalam rangka fasilitasi rencana perluasan kapasitas produksi dan produksi baja otomotif untuk kendaraan listrik serta proyek Ibu Kota Negara (IKN) dengan total rencana investasi US$3,5 miliar atau setara dengan Rp52,5 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS).
Selain itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga "memboyong" sejumlah kesepakatan kerja sama di sejumlah bidang saat dirinya berkunjunga ke Seoul pada akhir Juli 2022, dengan nilai investasi mencapai US$6,72 miliar atau setara Rp100 triliun. Jokowi meyakini hubungan kerja sama antara Indonesia-Korea Selatan akan makin kokoh terutama kemitraan di bidang ekonomi.
Lantas, apa yang membuat investor Korsel "kepincut" untuk menanamkan modalnya di Indonesia?
Senior Researcher at Center for Trade Studies and Cooperation Korea International Trade Association (KITA) Kim Kyounghwa mengatakan ada beberapa hal yang membuat investor asal Negeri Ginseng tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
"Pertama, pangsa pasar Indonesia bagi produk Korsel sangat besar. Ini tidak terlepas dari status Indonesia yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia dan ekonomi ke-16 di dunia," katanya dalam workshop kedua Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Selain itu, dia mengungkapkan terjadinya perang dagang antara China vs Amerika Serikat (AS) membuat perusahaan asing memulai merelokasi pabrik produksi dari China ke negara lain.
Menurut Kim Kyounghwa, ada beberapa perusahaan Korsel yang tertarik untuk merelokasi basis produksi ke Indonesia.
Investor asal Korsel, lanjutnya, menilai hubungan bilateral antara Indonesia dan Korsel sangat stabil bahkan berpotensi meningkat seiring disahkannya ratifikasi perjanjian kerja sama Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IK-CEPA menjadi undang-undang.
"Kondisi sosial dan politik di Indonesia juga stabil. Kepastian tersebut menjadi dasar pertimbangkan investor, selain pasar konsumen yang sangat baik," imbuhnya.
Terkait perjanjian Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), dia mengatakan kerja sama tersebut akan mempererat hubungan kedua negara, khususnya perdagangan barang dan jasa.
Kim Kyounghwa menilai ada tiga komoditas yang akan diuntungkan dari perjanjian IK-CEPA.
"Saya pikir tiga komoditas yang akan mendapat manfaat terbesar dari ratifikasi perjajian IK-CEPA, yaitu plastik, sparepart otomotif, dan besi baja [steel products]," imbuhnya.
Sebagai informasi, implementasi IK-CEPA diharapkan dapat dilakukan pada Januari 2023 mendatang.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri peringatan “Korean National Foundation Day 2022” di The Westin Jakarta Hotel, Selasa lalu (4/10/2022) yang dihadiri Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Park Tae-sung.
“Saya berharap implementasi perjanjian IKCEPA ini dapat dilakukan pada Januari 2023,” katanya dalam siaran pers, dikutip Rabu (5/10/2022).