Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan negaranya mungkin membeli minyak Rusia untuk memenuhi kebutuhan bahan bakarnya di tengah lonjakan harga energi global.
Keputusan itu berlawananan dari tekanan sekutu Barat agar negara-negara tersebut menghindari Moskow. Marcos, yang juga menjabat sebagai menteri pertanian mengatakan Filipina mungkin membutuhkan pasokan pupuk dari Rusia.
"Kami mengambil pandangan yang sangat seimbang karena kebenarannya adalah, kami mungkin harus berurusan dengan Rusia untuk bahan bakar dan pupuk," kata Marcos saat berbicara kepada Manila Overseas Press Club seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis (6/10/2022).
Filipina, seperti banyak negara di dunia saat ini, bergulat dengan inflasi yang melonjak karena berkurangnya pasokan yang dipicu oleh perang Rusia vs Ukraina. Meski berstatus sebagai sekutu pertahanan AS, Filipina belum menjatuhkan sanksi apa pun terhadap Rusia.
Presiden Marcos mengaku ingin negaranya memainkan peran kunci dalam mempromosikan perdamaian regional, di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh ketegangan Korea Utara serta China-Taiwan.
“Kami berharap bisa menjadi bagian dari yang memimpin, yang memimpin upaya perdamaian,” katanya.
Wacana pembelian minyak Rusia tidak hanya dilakukan Filipina, tetapi Indonesia. Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertimbangkan bergabung dengan India dan China untuk membeli minyak Rusia untuk mengimbangi meningkatnya tekanan dari tingginya harga minyak dunia.
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," kata Jokowi dalam wawancara dengan Financial Times, ketika ditanya apakah Indonesia akan membeli minyak dari Rusia, Senin (12/9/2022).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan bahwa Presiden Jokowi sebenarnya tertarik untuk membeli minyak mentah dari Rusia, yang berada di bawah harga pasar internasional.
Sandi menyebut bahwa Rusia telah menawarkan minyak kepada Indonesia dengan harga murah. Tak tanggung-tanggung, menurut Sandi, tawarannya 30 persen lebih murah dari harga internasional sehingga menjadi menarik.
Meski demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan kementeriannya belum membahas rencana spesifik terkait dengan pembelian minyak mentah dari Rusia.
“Belum ada pembicaraan,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (23/8/2022).