Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menegaskan bahwa stok beras miliknya dalam kondisi yang aman atau cukup untuk penyaluran hingga akhir 2022.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal menyampaikan, saat ini stok menurun dikarenakan masifnya penyaluran beras Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar sejak Agustus 2022.
“Aman menurut Bulog itu aman dalam penyaluran, dari stok yang ada aman hingga akhir tahun,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/10/2022).
Adapun, kondisi stok Perum Bulog yang tercatat dalam laporan Perkembangan Harga, Inflasi, dan Stok Indikatif Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan pasokan beras pada Agustus 2022 di angka 1,05 juta ton dengan ketahanan 13,4 bulan.
Sementara pada September 2022, di angka 861.966 ton dengan ketahanan 10,8 bulan dan per 3 Oktober 2022 berada di posisi 798.013 ton. Bila menarik angka dari Agustus 2022, artinya pasokan telah menyusut 248.224 ton.
Meski demikian, Iqbal melihat bila berasumsi penyaluran beras setiap bulannya 200.000 ton, artinya stok yang ada cukup hingga akhir tahun mengingat panen raya akan kembali terjadi pada awal tahun.
Baca Juga
Sementara itu, penurunan tersebut seiring dengan jumlah penyaluran beras KPSH Perum Bulog yang rata-rata per bulan sebesar 37.035 ton, namun pada Agustus 2022 meningkat signifikan menjadi 214.923 ton dalam upaya menahan laju harga beras medium. Jumlah penyaluran September (hingga 23 September 2022) telah tembus 146.727 ton.
Harga beras yang terpantau pada hari ini pun bila dibandingkan dengan bulan lalu naik 1,59 persen untuk premium menuju angka Rp12.800 per kg dan jenis medium naik 2,86 persen menjadi Rp10.800 per kg.
Lebih lanjut, Iqbal menyampaikan bahwa saat ini untuk komoditas beras tengah memasuki masa tanam sehingga ketersediaan di masyarakat berkurang.
Bagi petani yang melakukan dua kali masa tanam, pada periode Agustus-September terjadi panen gadu, di mana produksi petani lebih sedikit dibandingkan musim panen raya, namun kualitas gabah lebih baik, sehingga harga gabah atau beras di petani mengalami kenaikan.
Selain itu, Perum Bulog mencatat penaikan harga BBM mulai September 2022 yang berdampak pada kenaikan biaya logistik dan pengolahan/operasional dalam pengolahan gabah beras. Mulai terbukanya mobilitas dan banyak kegiatan turut menaikan permintaan pangan dan mendorong penyaluran beras.
Karenanya, Perum Bulog melakukan operasi pasar atau KPSH untuk membanjiri beras dan menahan laju harga beras medium.
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional mendorong Perum Bulog untuk mengisi ketersediaan gudangnya sesuai dengan batas aman yang pemerintah tetapkan, yaitu 1,2 juta hingga 1,5 juta ton.
“Karena Perum Bulog itu harus di top up minimal kata Pak Ketua Komisi [IV DPR, Sudin] antara 1,2 -1,5 juta ton, itu minimal, baru aman,” ujar Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi Food Station Cipinang, Senin (3/10/2022).
Lebih lanjut, Arief menyampaikan bahwa faktanya ketersediaan beras di masyarakat ada dan tidak langka. Namun, kembali lagi adanya kenaikan harga BBM hingga pupuk menjadi faktor penyebab naiknya komoditas yang mendorong inflasi tersebut.
“Stok ini ketersediaan ada, bukan enggak ada, tapi ketersediaan ini ada di masyarakat, penggiling padi, warung-warung, tapi Bulog harus punya stok. Hari ini kita gak ada yang kurang beras, tetapi harganya tinggi karena ada faktor-faktor, ada variable cost,” jelasnya.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) sempat menyebutkan bahwa terjadi perebutan gabah dengan pihak swasta dalam upaya penyerapan gabah dari petani.
Pasalnya dengan kondisi saat ini, panen gadu, pihak swasta berani membeli dengan harga tinggi, sementara Perum Bulog memiliki aturan harga pembelian.
“Bulog itu membeli atau pengadaan cadangan beras pemerintah sudah ada aturan ketentuan dibatasi harga pembelian dan penjualannya,” ujarnya usai melakukan operasi pasar, Senin (3/10/2022).
Untuk itu, Badan Pangan Nasional telah menyurati Perum Bulog untuk melakukan pengadaan gabah/beras di gudang Bulog dengan fleksibilitas harga yang sebelumnya Rp8.300 per kg menjadi Rp8.800/kg.